Assalamu'alaikum wr.wb.
Bismillahirrahmaanirrahiim
Kita baca cerita dulu, yuk!
Kyai dan Mobil Mewah
Alkisah ada seorang Kyai membeli mobil mewah seharga hampir 750 jt. Padahal, dirumahnya sudah ada mobil yang juga cukup mahal, kira-kira seharga 500 jt-an.
Dipakailah mobil mewah itu untuk pengajian.
Suatu ketika ada seorang tamu datang ke kediaman Kyai bersilaturahim. Melihat dua mobil mewah terparkir di depan rumah, Si Tamu pun tak betah menahan tanya :
"Mohon maaf, Kyai... itu mobil mewah punya Kyai?"
"Ya, itu mobil saya. Kenapa?" Tanya balik Kyai.
"Enggak apa-apa, Kyai. Ngomong-ngomong harganya berapa, kok keren banget?” Si Tamu makin kepo.
Kyai pun menjawab, "Ah itu mobil murah,cuma Rp 735 jt”
Mendengar jawaban Sang Kyai, Tamu pun tercengang. Mungkin benaknya memberontak, tak percaya dengan apa yang dilihatnya, dalam hati berkata,"Mana mungkin seorang Kyai yang kesibukanya mengajar di pesantren mampu membeli mobil dengan harga fantastis?"
Entah apa yang dipikirkan Si Tamu, tiba-tiba ia memberanikan diri untuk menegur Sang Kyai, "Mohon maaf, Kyai. Anda ini seorang Kyai kenapa Anda mengajarkan kepada santri untuk cinta dengan duniawi?”
"Kok bisa?” Sahut Kyai
"Ya jelas, karena Kyai membeli mobil mewah. Padahal sudah punya mobil mahal,” jawab tamu.
Kyai-pun menanggapinya dengan dingin,
"Kalau orang melihat saya beli mobil,Lalu mereka ingin seperti saya, Kenapa kalau saya shalat malam orang tidak ingin seperti saya? Kalau saya dzikir malam kenapa mereka tak ingin seperti saya? Kalau saya rutin shalat dhuha kenapa mereka tak ingin seperti saya? Kalau saya berbuat baik kenapa orang tak ingin berbuat baik seperti saya?”Mendengar jawaban Sang Kyai, Si Tamu pun terdiam.Tampak merenung dengan apa yang disampaikan oleh Kyai. Ia-pun tersadar bahwa dirinya terkena wabah iri terhadap hal-hal duniawi, bukan iri terhadap hal-hal ukhrawi.
Sesungguhnya cinta dunia tidak diukur dari seberapa besar harta yang dimiliki. Zuhud seseorang bergantung pada sikap batinnya.Seseorang yang memiliki kecenderungan hati pada kesenangan duniawi, meski tampak tak punya harta sama sekali, itu sudah termasuk masuk cinta dunia (hubbud dunya).
Semoga kita digolongkan sebagai Hamba yang bertakwa.
Sebelum baca cerita ini, saya termasuk salah satu orang yang setype ama Si Tamu. Saya sudah bersu'udzon begitu melihat ustadz yang bermobil mewah atau bermotor mewah. Dalam hati saya, "ustadz kok pamer sih?"
Tapi setelah membaca cerita ini, saya seperti ditampar. Lalu saya berkaca dengan diri saya sendiri. Iya, berkaca. Karena ustadz kan pekerjaannya adalah mengajar. Spesifikasinya fiqih, al quran, hadist dan ilmu-ilmu agama yang lainnya. Lah, kok bisa saya tidak melihat ke diri saya sendiri yang profesinya sama, cuma beda spesifikasinya?
Saat menjadi seorang guru, saya sering mendapat hadiah tas-tas branded, jam branded, voucher belanja, uang cash, dll. Apa semua itu saya minta? Tidak.
Semua itu orangtua murid memberikannya sebagai hadiah, sebagai rasa terima kasih mereka kepada guru anak-anaknya. Itu sekelas guru. Bagaimana yang sekelas Kyai atau Ulama? Jamaah mereka banyak, dari yang paling miskin hingga tajir mampus (kalau kata anak-anak sekarang -_-).
Orangtua murid saja ikhlas mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya sekedar berbagi kasih kepada guru-guru anaknya, apalagi pengusaha kaya yang rela mengeluarkan uangnya di jalan Allah.
ada yang bertanya, "Sebagai ustadz yang baik itu bukannya kalau dapat sedekah dari orang lain, lalu uangnya diberikan kepada yang membutuhkan?"
buat saya jadi bertanya balik ke si penanya,
"memangnya sedekahnya berupa uang? kalau dikasih mobil mewah bagaimana?"
Mgkn si penanya berharap Kyai menjawab begini saat diberikan mobil mewah, "Maaf, berikan saja bagi yang butuh. Saya sendiri saja tidak sanggup untuk merawatnya"
Lalu kalau si pemberi sedekah berkata, "Pak Kyai, sengaja saya sedekahkan harta saya untuk beli mobil mewah ini, agar mobil saya ini menjadi harta yang bisa menolong saya di akhirat. Karena harta ini ikut bersama Pak Kyai kemanapun Pak Kyai berdakwah di jalan Allah"
Jeng.. jeng...
Kalau begitu kira-kira Pak Kyai jawab apa?
Kenapa masyarakat kita selalu mecap dan memberi stempel bagi para ustadz agar hidup miskin? Hanya karena rasulullah hidup sederhana.
Apakah seorang ustadz nggak boleh punya mobil mewah?
Rasulullah memang hidup sederhana, tapi unta yang dikendarakan oleh Rasulullah itu adalah unta terbaik di jaman Beliau. Jubah yang dikenakan Beliau juga jubah terbaik. Bahkan Rasulullah pernah berkurban 100 unta. Rasulullah itu sangat kaya pada jamannya.
Ustadz-ustadz di Indonesia setau saya rata-rata punya usaha. Mereka memiliki pesantren berarti mereka memiliki modal usaha. Kalaupun ada ustadz yang hanya mengajar saja tanpa punya usaha, itu sudah jadi hak Allah untuk memberikan rejeki terbaik bagi Beliau. Karena para ustadz itu mengajarkan ilmu Allah. Mengajak kebaikan dan menyingkirkan kebatilan. Bagaimana Allah tidak cinta dengan mereka? Maka Allah berikanlah mereka harta-harta terbaik, entah dari jalan mana. Jalan yang tak diduga-duga.
Jadi cobalah berpikir bijak, jangan hanya menilai seseorang dari kulit luarnya, tapi cari tau dalamnya tanpa harus memaksa. Apalagi bersikap nyinyir kepada para ulama hanya karena membela seseorang.
Yuk, kita sama-sama benahi diri, jangan terprovokasi dengan berita-berita nyinyir. Berusaha positif thinking dalam kondisi apapun. Karena Allah itu bagaimana prasangka hambaNya, kalau kita positif thinking terus, insya Allah, Allah akan membantu kita.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi blogger semua.
Post a Comment
Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya unknown langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^