photo by daily miror |
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum w.w.
Hi semua,
Hari Rabu, 24 Januari kemarin dunia sosial mediaku sempat heboh. Penasaran mau lihat yang namanya Ade UFi di layar kaca. Hahaha.. berasa seleb. Seleb apa salep. ^_^
Karena di hari itu saya diundang oleh Inews TV untuk menjadi bintang tamu di acara Intermezzo. Saya diundang karena saya punya pengalaman lama menantikan kehadiran Abang Fi.
Ya, saya menanti kehadiran Abang Fi kurang lebih 4 tahun lamanya. Dan kegelisahan juga kebahagian saya akan kehadirannya, pernah saya tulis di blog ini. Kalau teman-teman hendak membacanya silakan baca di : Manfaat Sedekah
Bukan hanya Abang yang lama kehadirannya saya nantikan. Melainkan Kakak Fi, anak kedua saya, dalam proses penantian dan kisah yang lebih menyedihkan. Untuk mendapatkan Kakak Fi, saya harus menunggunya selama 9 tahun. Dan bahagia luar biasa begitu mendapatkan Kakak Fi. Sayangnya, saya hanya menikmatinya 9 bulan dalam kandungan dan 2 jam di dunia. Dua jam itu pun yang saya lihat adalah proses bagaimana Kakak Fi berjuang untuk bertahan hidup. Kisah perjuang Kakak Fi juga sudah saya tulis di blog ini yang berjudul : Tunggu Kami Disana Ya, Nak!
Tiga bulan berselang meninggalnya Kakak Fi, Adek Fi hadir sebagai obat pelipur lara kami. Barakallah, bahagia sekali hati ini, namun juga saya merasa kasihan dengan kehamilan Adek Fi. Loh kok kasihan?
Ya, karena selama hamil Adek Fi saya stress. Menurut dokter saya mengalami baby blues berkepanjangan. Kalau kata dokter PPD (Post Pastrum Depression). Saya suka menangis sendirian seperti anak kecil yang tantrum, disaat rumah sudah sepi (Abang sekolah, Suami kerja dan Mama ayu sudah pulang setelah beberes rumah) atau malam hari ketika semua sudah tidur. Apalagi dokter SPOG-nya mendeteksi bahwa plasenta saya menutupi jalan lahir, jadi kemungkinan lahir harus operasi cesar. Ya Allah.. masalah plasenta lagi. Takut luar biasa akan kehilangan Adek Fi makin menjadi. Bahkan sempat berpikir dan terucap dalam hati, "Nak, kalau kamu lahir meninggal lagi, Ummi ikut yaa. Atau sekarang saja yuk kita pergi."
Alhamdulillah, semua itu perlahan hilang hingga Adek Fi berusia 1 tahun. Saya bersyukur memiliki orang-orang yang sayang sekali dengan saya dan tak pernah lupa untuk selalu mengingatkan saya akan kebesaran Allah.
Rupanya, di era ini makin banyak yang mengalami hal serupa dengan saya, namun banyak juga yang sudah diberikan anak justru disia-siakan. Itu sebabnya INews TV mengundang saya, betapa pilunya hati kami yang sangat menginginkan anak, ketika melihat berita, banyak orang yang menyia-nyiakan anaknya. Bahkan sampai membunuhnya. Ya Allah.. T_T
Tapi kali ini saya tidak hendak bicarakan kesedihan. Saya hendak berbagi tahapan yang saya lakukan untuk mendapatkan Abang Fi. So, lanjut yaa ! ^_^
Hanya 3 hal yang saya lakukan untuk mendapatkan Abang Fi saat itu, yaitu :
1. Pergi ke dokter.
Yes, pergi ke dokter adalah langkah awal kita memeriksakan masalah infertilitas. Dalam Islam juga kita disarankan untuk memeriksakan masalah penyakit yang kita derita itu kepada ahlinya. Disini, teman-teman bisa memilih dokter yang mana yang hendak dikunjungi.
Kalau saya dulu lebih memilih ke dokter umum terlebih dahulu. Karena dokter spesialis untuk masalah kehamilan itu setau saya ada 2, yaitu dokter spesialis kandungan (SPOG) dan dokter spesialis androlog.
Nah, ketika memeriksakan ke dokter umum, saya pergi ke dokter Erlang (dokter langganan keluarga kami). Dokter Erlang, langsung memberikan saran ke kami :
Jika Ibu dan Bapak ingin punya anak, cek dulu kesehatan suami. Jangan Istrinya diobok-obok. Soalnya semua akan menjadi percuma, jika ternyata masalah ada di suami. Jika suami dinyatakan sehat, maka pemeriksaan kita lanjutkan ke istri.
dr. Erlang Setiawan, Sp.PA (photo by practo) |
Menurut dr. Erlang, pemeriksaan pada suami itu tergolong murah dan cepat. Sedangkan istri lumayan ribet dan memakan banyak biaya. Apalagi Pak Suami adalah seorang perokok. Walau bukan perokok berat.
Baca juga : Stategi Capres 2019 atasi kerugian kesehatan akibat rokok
Setelah memberikan saran tersebut, dr. Erlang memberikan surat rujukan kepada suami untuk memeriksakan spremanya di lab kesehatan. Saat itu saya memilih untuk cek sperma di klinik PRODIA.
Syarat untuk melakukan cek kualitas sperma adalah tidak berhubungan intim selama 3 hari sebelum hari dimana sperma suami di periksa.
2. Pergi ke dokter spesialis
Setelah mendapatkan hasil lab kami kembali lagi ke dokter umum. Dan dari hasil pemeriksaan lab, dr. Erlang menyarankan kami untuk ke dokter androlog teman beliau, yang terkenal bertangan dingin dalam menyelesaikan masalah infertilitas. Karena hasil lab menyatakan bahwa hormon FSH pada suami kurang.
Lalu kami disarankan dr. Erlang untuk berkonsultasi dengan dr. Nugroho Setiawan. Beliau saat itu praktek di RSUP Fatmawati. Waktu konsultasi dengan dr. Nugroho, beliau menyarankan suami untuk minum obat terlebih dahulu. Dilihat dalam jangka waktu 3 bulan. Setiap habis obatnya suami diminta untuk cek lab kembali hormon FSH-nya, untuk melihat perkembangan hasilnya.
dr. Nugroho Setiawan, Sp.And (photo by Konsula) |
Bahkan dokter sempat mengatakan hasil buruknya, jika dalam 3 bulan tidak ada perkembangan hasil hormon FSH-nya dari minum obat, kami disarankan untuk melakukan proses bayi tabung.
Menurut dokter Nugroho, kemungkinan berhasilnya program bayi tabung hanya 20%.
Ya Allah.. sedih sekali mendengar kemungkinan buruk tersebut. Berapa lah biaya bayi tabung tersebut? sedangkan saat itu kami baru saja membayar DP rumah.
Sementarta saya diberikan rujukan untuk diperiksa HSG, yaitu rontgen rahim. Untuk melihat jalur rahim saya lancar atau tidak. Dan hasilnya saya ada penyempitan di saluran kanan indung telurnya. Namun bukan karena benda asing yang menghimpit, seperti kista, miom atau kanker. Dokter bilang penyempitan saluran indung telur saya disebabkan 2 hal, yaitu karena : Infeksi (keputihan) atau kegemukan. Karena saya tidak keputihan, masalahnya adalah yang kegemukan. Saya pun berusaha untuk menurunkan BB saya. Jika suami per 3 bulan cek hormon FSH, saya cek BB.
3. Sedekah
Selain usaha secara jasmani, saya juga melakukan usaha secara rohani. Berdoa, saya yakin semua yang menginginkan anak pasti sudah berdoa, namun sedikit yang menjalani sedekah. Saya salah satunya yang tidak melihat sedekah sebagai peluang mendapatkan apa yang saya inginkan di dunia ini.
photo by bangka tribun pos |
Sedekah (memberi dengan ikhlas) bukan ada di agama Islam saja, melainkan semua agama mengajarkan untuk berbagi kepada yang membutuhkan. Dalam Islam Allah menjanjikan balasan sedekah banyak sekali. Salah satunya ada pada surat Al-Baqarah, Ayat 245:
“Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya? Dan (ingatlah), Allah jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.”
Bayangkan, dari ayat tersebut mengatakan dengan bersedekah berarti kita meminjamkan harta kita untuk Allah, Masya Allah. Kita saja yang berhutang ingin rasanya mengembalikan hutang kita, dan kita meminjamkan dengan ikhlas harta kita dengan yang Maha memiliki rejeki. Apa nggak balasannya berlimpah-limpah? Sesuai juga dengan janji Allah dalam surat Al-Baqarah, Ayat 261:
“Bandingan (derma) orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah, ialah sama seperti sebiji benih yang tumbuh menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai itu pula mengandungi seratus biji. Dan (ingatlah), Allah akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (rahmat) kurniaNya, lagi Meliputi ilmu pengetahuanNya.”
Nah, anak adalah hadiah dan anugerah dari Allah, jika kita ingin seorang saja anak dari Allah, berikanlah pinjaman sebanyak-banyaknya kepada Allah. Insya Allah, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan.
Dengan 3 hal itu lah saya dan suami tetap ikhtiar dan tidak putus asa. Kami sudah dalam posisi titik pasrah tertinggi. Kami menjalankan semua usaha kami secara ikhlas. Jika Allah berkenan, kami pasti dapat apa yang kami inginkan.
Alhamdulillah, kami hanya butuh menunggu 6,5 bulan dalam proses pengobatan kami. Tepat di akhir bulan Februari 2006, saya positif hamil.
Hal tersebut juga disepakati oleh dr. Boy Abidin, SPOG sebagai salah satu narasumber pada program Intermezo INews TV.
Saya bersama dr. Boy Abidin, Sp.OG sebelum mulai acara |
Dokter Boy mengatakan, bagi pasutri yang mengingikan anak sebaiknya memperhatikan 5 proses tahapan berikut :
1. Segera kedokter
Satu tahun adalah hal yang masih wajar jika pasutri (pasangan suami istri) belum juga mendapatkan anak. Tapi masuk tahun kedua merupakan alarm bagi pasutri. Jika tahun kedua belum juga memiliki momongan segeralah ke dokter.
photo by snacksafely.com |
2. Cek kesehatan Suami
Dokter Boy Abidin mengatakan hal serupa dengan dokter Erlang. Beliau menyarankan agar memeriksakan kesehatan suami terlebih dahulu. Jika dinyatakan sehat boleh berlanjut ke Istri. Proses ini sebaiknya dilakukan dalam kurun waktu 3 - 6 bulan untuk mengetahui hasilnya, jika suami dinyatakan tidak sehat.
3. Cek kesehatan Istri.
Jika dinyatakan sehat pada suami, maka segeralah memeriksakan kesehatan istri. Untuk pemeriksaan awal istri tergantung rekomendasi dari dokter spesialisnya. Kalau yang disarankan ke saya yaitu HSG.
4. Program Inseminasi
Jika dalam waktu 6 bulan belum kelihatan hasilnya, sama sekali, dokter menyarankan pasutri untuk melakukan proses inseminasi, yaitu Inseminasi adalah suatu teknologi untuk mendapatkan kehamilan dengan cara menyemprotkan sperma yang sudah diseleksi ke dalam rongga rahim. Pada inseminasi, proses pertemuan antara sperma dan sel telur tetap terjadi di dalam tubuh ibu sehingga sering kali disebut pembuahan semi alami.
photo by infobidania |
5. Program Bayi Tabung.
Menurut dokter Boy Abidin, proses Inseminasi cukup dilakukan 2x, karena pasutri pastinya berkejaran dengan usia Si Ibu. Jika dalam 2x proses inseminasi gagal, maka tindakan selanjutnya adalah melakukan program bayi tabung. Program bayi tabung adalah proses pertemuan sperma dan sel telur yang dilakukan diluar rahim Ibu. setelah pertemuan terjadi, maka hasil pertemuan tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu.
Alhamdulillah, inilah hasil rangkuman dan ilmu yang saya dapat, saat hadir diacara Intemezzo INews TV. Nah, buat teman-teman yang mengalami hal sama dengan saya, semoga berbagi pengalaman yang saya lakukan dan penjelasan dari dokter ahlinya, bisa menjadi penyemangat teman-teman. Semangaat!! Percayalah Allah akan memberikan sesuai dengan kebutuhan kita. Insya Allah.
Wassalam
Post a Comment
Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya unknown langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^