Berhitung Matematika Allah dengan TCash

Sunday, June 24, 2018


Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum w.w.

Untuk mempercayai orang yang butuh bantuan, di era maraknya penipuan ini adalah sesuatu hal yang sangaaat berat. Teman-teman pernah mengalaminya? Saya pernah. Jadi begini ceritanya... 

Kejadiannya beberapa hari sebelum lebaran. Saat itu saya sedang menunggu commuterline datang di stasiun Manggarai.

Saya baru saja pulang dari Bekasi dan harus transit di stasiun Manggarai untuk menuju ke stasiun Cawang, tempat biasa saya turun jika ingin ke rumah papa.

Entah kenapa, commuterline ke arah Bogor lama sekali datangnya, baik yang dari Stasiun Tanah Abang ataupun dari Stasiun Jakarta Kota. Kalau dari pengumuman sih karena ada traffic kereta disel untuk mudik ke Jawa.

Melihat hari sudah sangat sore, saya pun mengambil handphone dari dalam tas dan hendak menelepon anak-anak yang berada di rumah Papa.

Saya kaget, karena yang mengangkat telepon suara wanita muda, bukan suara Ibu atau Papa. Suara wanita muda itu lembut, tapi sangat menyakitkan. Bagaimana tidak menyakitkan disaat kita butuh telepon, dia justru berkata, "Maaf, pulsa yang anda miliki tidak cukup untuk melakukan panggilan ini." uuuggghh..

Saya pun langsung mengecek isi pulsa saya. Jeng.. jeng... sisa pulsa Rp 123. Angka cantik yang menyebalkan. Hiks.

Tak cukup mengecek pulsa, saya masih berharap ada uang di saldo TCash Wallet saya untuk sekedar mengisi pulsa. Saya memang suka mengisi TCash wallet untuk keperluan pulsa kalau urgent. Biasanya saya mengisi pulsa dari aplikasi layanan uang elektronik milik Telkomsel ini.

Inilah enaknya ada aplikasi layanan uang elektronik. Cash jaman now kalau kata anak gaool siih.. xixixi.. Syaratnya mudah kok, hanya cukup memiliki nomor sim card dari Telkomsel dan download aplikasinya di playstore.

Sebagai pelanggan setia Telkomsel dari tahun 2000, pastinya saya tidak lewatkan aplikasi ini. kalau kamu sudah punya nomor sim card Telkomsel silakan klik TCash untuk melihat bagaimana cara mendapatkan TCash Wallet.



Begitu saya buka TCash Wallet saya dan apa yang saya dapatkan saudara-saudara? Saldo TCash Wallet saya tinggal Rp 4. Angka sial bagi orang-orang yang percaya fengshui. T_T

Tapi saya tak jadi bersedih hati dan nangis gegulingan di peron 6 stasiun Manggarai, karena saya masih punya saldo bonus Rp 10.000. Semua saldo ini hasil dari cash back saya saat mengisi pulsa darimana pun.

Lumayan lah Rp 10.000 untuk saya paketkan nelepon murah dari Telkomsel. Mumpung belum hangus.

Maka mulailah saya menukarkan saldo bonus tersebut dengan pulsa hp. Berikut caranya :

  1. Login TCash Wallet
  2. Klik icon pulsa/data
  3. Klik no hp saya
  4. Lalu pilih jumlah nominal pulsa yang dibeli.
  5. Masukkan pin tcash kita

yang perlu diingat : 

  • Pulsa terkecil untuk telkomsel adalah Rp 10.000
  • Tidak dikenakan biaya admin, jadi beli pulsa 10.000 ya bayarnya 10.000. Malah nanti uang kita dikembalikan lagi (cashback) sebesar 30% kalau melalui aplikasi TCash Wallet, kalau beli pulsa diluar dapat 50% bagi pengguna TCash Wallet baru.
  • Beli pulsa juga bukan buat diri kita sendiri loh, tapi bisa untuk orang lain dan dari operator lain.
Baiklah, pulsa telah terisi. Kini saatnya saya menelepon ke Duo Fi kalau saya masih ada di stasiun Manggarai. Namun, baru saja saya hendak menelepon ada seorang wanita tua mencolek bahu saya.

"Mba, boleh pinjem HPnya?"

Heh? maksudnya apa ya? Kok kenal nggak, baru ketemu. Nggak ada obrolan, tapi sudah berani pinjem HP?
Tapi yaaa.. itu hanya ada di dalam hati. Yang keluar dari mulut saya adalah, "Untuk apa ya, Bu?"

Ditanya seperti itu, tiba-tiba mata ibu itu berkaca-kaca. Loh..loh.. makin bingung saya menghadapinya. "Ibu, kenapa?" hanya pertanyaan tersebut yang bisa saya lontarkan.

Sebenarnya, ketika saya bertanya begitu, hati kecil saya sudah banyak su'udzon sama wanita tua itu. Jangan-jangan drama nih, mau nipu. Mau nyolong hp saya nih, dll.

Tapi entah kenapa, disisi lain batin saya berkata, "Ibu ini butuh bantuan saya."

Jadi kalau digambarkan seperti di drama-drama Korea, di bahu kiri, ada saya dengan jubah merah bawa tongkat trisula memberikan bisikan busuk bau mulut, apalagi sedang puasa. Eh, emang tuh mahluk puasa?

Sementara bahu kanan, saya menggunakan jubah putih dengan lingkaran cahaya dikepala saya dan memakai sayap, membisikkan, "bantulaaaah... bantulaaaaah.. " (dialeg ala ala Jarjit Upin Ipin). Kalau yang ini bau surga.

Ini yang saya bilang diawal, disaat ada orang butuh pertolongan tiba-tiba ada saja kecurigaan macam-macam dihati saya. Tetiba semua broadcast-broadcast mengerikan tentang penipuan keluar begitu saja. Apalagi sekarang musimnya mau lebaran, dimana orang sedang butuh uang banyak untuk merayakan kebahagiaan.

Alhamdulillah saya masih mengikuti mahluk di bahu kanan saya. Maka saya pun bertanya apa kegundahan wanita tua tersebut.

Inti ceritanya, Ibu Asih (nama wanita tua itu) baru datang ke Jakarta. Ia bilang ia akan dijemput oleh anaknya. Namun dari pagi hingga petang, anaknya tidak kunjung datang. Dia sama sekali tidak tau kota Jakarta. Tidak tau harus bagaimana. Ia bukanlah orang yang berani bertanya kepada orang lain. Entah kenapa sama saya dia berani.

Saya hanya berpikir, mungkin karena hari mulai meredupkan cahayanya. Ia memberanikan diri meminjam hp kepada saya. 

Memang anehnya lagi, saat itu hanya saya sendiri yang pegang hp. Padahal biasanya teman-teman tau sendiri kan, disisi manapun rasanya nggak ada orang yang nggak pegang hp. Semua sibuk dengan dunia mayanya. Apalagi momen sedang menunggu.

Hal tersebut buat saya berpikir bahwa ini pertanda dari Allah yang menitipkan Ibu Asih untuk menguji saya. Maka saya bertanya, "memang ibu nggak punya hp?"

Ibu itu hanya menggelengkan kepalanya. Ya iyalah, Deeee.. kalau punya hp, ngapain minjem sama kamuuu. Duuh.. 

Tapi Ibu Asih menjawab pertanyaan saya dengan memberikan secarik kertas berisi nomor telepon, yang menurut perkataaan Ibu Asih itu no hp anaknya. Ok, saya pun langsung mengetik no telp anaknya di hp saya dan... tuuut tuuuut tuuut

"Halo?" sapa suara disebrang sana.
"Halo ini Mba Widya?"
"Betul, Mba. Ini siapa ya?"
"Saya Ade, Mba. Apa Mba Widya punya ibu bernama Asih dari Purwokerto?"
"Hmmm... (terdengar nada bingung disana)... bener, Mba. Kok tau ya? Ini siapa sih?
"Ini, Mba.. Saya bersama Ibu Asih. Sebentar yaa.."

Saya pun menggunakan speaker agar Ibu Asih bisa berkomunikasi dengan anaknya. Beliau masih belum paham menggunakan hp.

Mendengar suara ibunya, nada bicara Mba Widya berubah. Ia kaget sekali. Dari percakapan mereka, saya jadi tau kejadian sebenarnya.

Ada miss komunikasi diantara ibu dan anak tersebut. Mba Widya mendapat pesan dari Pak Le' nya bahwa Ibu Asih pulang esok hari. Itu sebabnya ia tidak datang menjemput hari ini.

Ya Allah.. coba kalau ibu itu tidak berani bertanya ke saya, Bisa sampai besok dia ada di Stasiun Manggarai. 

Akhirnya, saya pun menunggu Mba Widya datang menjemput ibunya. Nggak tega ninggalin ibu itu sendirian. Saya biarkan beberapa commuterline tujuan Bogor melambaikan tangan ke saya seolah berkata, "duluan yaaa.. nanti kamu naik teman saya yang lain saja."

Sambil menunggu, Ibu Asih banyak cerita tenang kehidupannya di Purwokerto. Beliau juga menceritakan ke saya alasan tidak punya hp. Beliau merasa belum butuh. Padahal anaknya berkali-kali menyodorkan brosur hp untuk ia pilih.

Saya rasa Ibu Asih pasti terima hp tawaran anaknya setelah kejadian ini. ^_^

Tak lama kemudian.. "Neneeeek.."
Suara gadis kecil berteriak kearah kami. Gadis kecil itu bersama ibunya, yang saya tebak itu adalah Mba Widya.

Ada rasa haru terpancar diwajah Ibu Asih melihat anak dan cucunya yang menghampiri. Ia berkali-kali mengucapkan terima kasih atas bantuan saya saat itu. 

Dan saya pun entah kenapa, ada rasa bahagia juga lega membuncah dihati. Saya bahagia karena saya bisa menjadi baik untuk orang lain. Saya bahagia karena saya masih berguna bagi orang lain.

Selepas kepergian Ibu Asih dan Mba Widya, saya langsung sholat magrib. Saya juga menelepon anak-anak saya bahwa saya pulang terlambat. 

Ketika dalam perjalanan pulang, tiba-tiba saya dapat sms dari Mba Widya. Saya memang tadi bertukar-tukaran nomor hp dengan Mba Widya untuk menjalin silaturahmi.

"Mba, terima kasih yaa sudah membantu ibu saya. Semoga amal kebaikan Mba, Allah yang balas. Aamiin. Oiya... Saya berikan sedikit buat ganti uang pulsa, Mba. Saya kirimnya ke TCash Wallet ya."

Heh? Saya langsung melihat saldo TCash Wallet. Barakallaaah... Ramadan berkah... banyak beneeeeeer diganti uang pulsanya? Saya melihat saldo TCash Wallet tertera angka Rp 500.000. 

Ya Allaaah.. Saya langsung menagis terharu saat itu juga. Menangis karena tidak menyangka Allah menggantikan dengan cepat pulsa yang saya berikan cuma-cuma ke Ibu Asih sebesar Rp 5.000.

Benar yaaa.. tidak ada yang bisa menghitung matematika Allah dalam sedekah. Dan hal itu tidak disangka sama sekali. Barakallaaah..

Dengan tangan gemetar dan sesekali menghapus airmata, saya langsung mengklik icon yang ada di TCash Wallet saya, yaitu :
  1. Bayar/Beli
  2. Tagihan Baru
  3. Donasi
  4. Pilih lembaga yang biasa menangani donasi.
  5. Dan saya ketik nominal zakat dari hasil yang saya terima hari itu.
  6. Masukkan pin TCash kita

Yes, saya ingat pesan papa, bahwa berapapun rejeki yang kita dapat jangan lupa 2,5% dari rejeki tersebut ada hak kaum dhuafa. Dan saya langsung memberikannya melalui TCash Wallet.

Setelah memberikan donasi, saya mentransfer sisanya ke rekening saya. Memang bisa diuangkan kembali saldo yang ada di TCash Wallet? Bisa dooong, ini caranya :
  • Kirim uang 



  • Rekening bank 



  • Pilih bank tujuan


  • Masukkan data seperti nomor rekening dan jumlah uang yang ditransfer

  • lalu klik konfirmasi, jika data yang tertera sudah sesuai dengan bank tujuan transfer.

yang penting diingat :
  • Ada biaya transfer Rp 6.500 ke semua bank.
  • Akan ada sms dari TCash untuk setiap transaksi kita.

Buat teman-teman yang ingin tau cara pakai lengkapnya, bisa dilihat di Cara Pakai TCash. Bahkan ada video tutorialnya loh. Contoh tutorial mengirim uang/transfer ke rekening bank kita.

Ada sedikit penyesalan akan kejadian hari itu. Yang saya sesalkan, kenapa TCash Wallet saya habis dan saya bawa uang pas-pasan.

Seandainya banyak isinya, saya bisa ajak Ibu Asih makan di KFC atau sekedar beli jajanan ringan dengan menggunakan TCash snap atau tap dengan stiker. Tapi stiker TCash saya sudah buluk, karena memang sudah lama saya pakai TCash.

Tuh kan, sudah buluk stiker TCash nya.

Untungnya sekarang bisa di scan QRCode nya pakai NFC. Kebetulan HP saya android dan sudah ada NFC-nya.

Ooo.. TCash bisa buat belanja? Bisa.

TCash Wallet juga bisa digunakan di merchants belanja lainnya loh. Bisa juga buat belanja online. Siapa saja merchants yang bekerjasama, bisa dilihat di Merchants TCash.

Selesai transfer, saya teringat kembali ucapan almarhumah mama. Beliau memberikan tips sedekah agar ikhlas dan ridha saat kita keluarkan. Tanpa ada beban kecurigaan atau penyesalan. Beliau berkata

"Jika kamu bersedekah, jangan lihat siapa orang yang diberi sedekah. Jangan juga berpikir untuk apa uang itu digunakan kelak. Jadi hati kamu plong. Urusan uang sedekah yang kita berikan akan digunakan untuk maksiat, itu urusan dia dengan Allah. Urusan kita cukup sampai uang diterima yang mendapatkan sedekah. Dan Allah sudah catat itu".

Hmm... dan ilmu itu saya terapkan saat ini. Allah itu benar. Dan Allah tidak pernah tidur, pasti akan terbalas semua kebaikan yang kita lakukan, walaupun sebesar butiran beras. Insya Allah.

Wassalam




1 comment

  1. Masya allah berkah kebaikan di bulan ramadan ya.... Isi pulsa pake Tcash jg dapat cash back ya.

    ReplyDelete

Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya unknown langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^