Travel Bersama Anak 1 : First Flight

Saturday, September 8, 2018

traveling bersama anak

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum w.w.

Hai temans,
Jika kita membaca kalimat "traveling bersama anak", pasti yang terbayang diotak kita adalah ribet, capek, rempong, nggak santai, dll.

Kata-kata itu juga yg muncul dibenak saya, ketika pertama kali merencanakan traveling bersama anak.

Biasanya untuk mengatasi semua keribetan itu saya membawa Pak Suami. Kalau ada Pak Suami, hati tenang, karena ada bala bantuan yang dapat dihandalkan. Minimal menggendong Adek Fi.

Tetapi 3 hari setelah lebaran Idul Adha 2018 ini, saya mencoba menghempaskan kata-kata ribet dan teman-temannya saat traveling bersama anak.

Saya meyakinkan diri bahwa saya bisa jalan-jalan bersama Duo Fi tanpa Pak Suami yang mendampingi.

Alhamdulillah tepat tgl 25 Agustus kemarin, saya bersama teman-teman dari Blogger Depok City (BDC) mencoba ngebolang ke negeri tetangga, yaitu Singapura. Saya mengajak Duo Fi ikut serta kesana.

Kebetulan saya sudah paham kondisi di Singapura karena saya pernah 2x kesana. Jadi persiapan traveling sudah sangat matang. Selain itu saya juga sudah terbayang apa saja yang harus saya siapkan untuk selama perjalanan bersama Duo Fi ini.



Traveling bersama anak-anak ini terbilang sikap nekat buat saya. Bagaimana tidak nekat, saya baru kali ini traveling bersama anak tanpa suami dan nggak tanggung-tanggung perginya. Bukan lagi keluar kota, Melainkan keluar negeri. Sudah pasti saya harus well prepare buat Duo Fi.

Baca : 7 perispan traveling simpel dan murah keluar negeri

Selain nekat keluar negeri, kenekatan yang saya lakukan adalah ini kali pertama untuk Adek Fi naik pesawat. Jadi saya belum terbayang sama sekali saya harus mempersiapkan apa untuk Adek Fi.

Saya tidak bisa merujuk dari pengalaman pertama kali naik pesawat untuk Abang Fi. Karena usia Abang Fi saat pertama kali naik pesawat sudah usia sekolah. Jadi Abang Fi sudah bisa diajak kerjasama. Nah, sementara Adek Fi ini usia 2 tahun.. duh duh duh.. Waktu usianya dibawah 1 tahun sih saya masih bisa kemana-mana bawa bouncer bayi-nya, biar dia anteng. Sekarang? masa iya naik pesawat bawa bouncer?

Baca : Mengenali ciri-ciri bouncer bayi yang baik

Awalnya, karena membayangkan kerepotan itu, saya enggan untuk membawa Adek Fi. Namun jika saya tidak bawa, saya yang tidak tenang selama perjalanan bersama teman-teman BDC ini.

Bismillah, saya pun yakin, saya bisa mengatasinya. Jika saya tidak mencobanya, saya tidak akan pernah tau saya harus mempersiapkan apa. Maka dari itu saya mencoba mempersiapkan beberapa hal untuk first flight bagi Adek Fi sepanjang pengalaman saya naik pesawat, yaitu :

1. Siapkan mainan yang anak suka

Sebenarnya mainan yang Adek Fi suka adalah balok susun, namun permainan balok susun ini hanya bertahan 15 – 30 menit. Sementara perjalanan naik pesawat ke Singapura itu kurang lebih 1,5 – 2 jam perjalanan.

traveling bersama anak
Permainan balok susun punya Adek Fi

Adek Fi ini termasuk anak yang aktif. Sama seperti Abangnya juga. Keduanya juga jarang sekali menangis. Kalau menangis ga pakai waktu yang lama. Ga sampai 5 menit sudah diam.

Bedanya, kalau suara tangisan keduanya kalau sedang rewel. Entah itu kecapean ataupun ngantuk. Suara Adek Fi ini kalau sedang rewel bisa terdengar 1 kelurahan. *lebay. Xixixi.. maklum calon Jendral. Suara harus lantang. Aamiin

Suara Adek Fi memang sudah melengking sejak ia lahir. Suara tangisnya bisa terdengar hingga keluar ruang operasi. Padahal ruang operasi di RS HGA, tempat Adek Fi dilahirkan, sebelum keluar harus melewati ruang observasi. Kebayangkan keras suaranya hingga bisa terdengar oleh Pak Suami yang menunggu diluar ruang operasi? Pak Suami saja sempat bingung saat Adek Fi lahir, “Ini suara bayi siapa? Kenceng banget suara tangisnya.”

Nah, kebayangkan kalau dia rewel di pesawat? Bisa 1 pesawat dengar semua. Makanya saya harus memutar otak untuk menenangkan Adek Fi selama perjalanan.

Kelemahan Adek Fi adalah, anak itu baru bisa diam lamaaa sekali, kalau ada film kesukaannya yang dilihat. Seperti Blippi, Chugging town, Omar Hana, Tayo dan Robocar Poli. Itu pun bukan sekedar film cerita, ia lebih suka film bongkar pasang mainan tokoh-tokoh tersebut, kecuali Blippi dan Omar Hana lebih ke nyanyi-nyanyi.

Biasanya film-film tersebut ada di youtube. Nah, oon-nya saya, saya lupa mendownload film-film tersebut terlebih dahulu agar ia bisa nonton offline selama dipesawat.

Bersyukur di handphone saya ada aplikasi Colour to Life Faber Castle. Jadi selama dipesawat dia main aplikasi tersebut. Hanya saja tidak pakai gambar. Untungnya dia suka dengan suara musik games nya saja.

Alhamdulillah 2 jam perjalanan dia bisa anteng hanya dengan mengklik-klik aplikasi Color to Life. Tapi saat pulang saya jelas download video youtube tersebut. Agar bisa ditonton secara offline. Perbanyak downloadannya hingga mencukupi waktu 2 jam perjalanan, Bahkan dilebihkan.

Buat yang belum tau aplikasi color to life seperti apa, silakan baca Review Color to Life Faber Castell, Melatih konsetrasi dan fokus anak.

2. Siapkan makanan selama perjalanan.

Udara dingin di pesawat kadang membuat perut kita merasa lapar. Sebenarnya saya bisa saja membeli makanan yang dijual di pesawat, tapi saya belum bisa menjamin Adek Fi suka. Kalau Abang sih Insya Allah urusan makanan nggak jadi masalah buat dia, selama itu bukan sayuran dan pedas, lidahnya cepat beradaptasi dengan rasa.

Kemarin saya membawa nasi, mie goreng dan telor dadar. Makanan yang jelas anak-anak pasti makan semuanya, baik Abang ataupun Adek Fi. Saya bawanya dibungkus kertas coklat, bukan dikotak makan. Norak yaaa didalam pesawat buka nasi bungkus.. xixixi biar saja orang berpikir begitu, yang penting anak-anak saya anteng dan kenyang.

traveling bersama anak
nasi bungkus bekal di bandara dan pesawat

Sengaja saya menggunakan kertas coklat, agar tas bawaan saya bisa berkurang berat dan ruangnya. Jika saya membawanya menggunakan kotak makan, menuh-menuhin tas yang saya bawa. Tas jinjing yang berisi bekal makanan selama diperjalanan kelak bisa saya gunakan untuk memasukkan oleh-oleh saat pulang. Praktis kaan? *muji sendiri.

Untuk minum saya membawa botol kosong, karena di bagian imigrasi botol berisi air yang lebih dari 100 ml ditahan. Untungnya di ruang tunggu keberangkatan bandara Soeta terminal 3, ada mesin air isi ulang. Jadi di pesawat kami sudah membawa air minum.

traveling bersama anak
Abang Fi sedang mengisi air minum di ruang tunggu bandara Soeta terminal 3


3. Siapkan penutup telinga

Perubahan ketinggian kadang membuat kuping kita berdengung, atau awamnya “berasa budeg”. Begitupun dengan anak-anak.

Untuk anak-anak yang betah dipakaikan apapun dikepalanya, mungkin bisa bawa earmuff untuk dikenakan selama di pesawat.

traveling bersama anak
earmuff (photo by amazon.com)


Sayangnya tidak demikian dengan Adek Fi. Adek Fi termasuk anak yang tidak betah dipakaikan apapun dikepalanya. Sejak ia bayi, topi yang saya kenakan selalu dicopot sama Adek Fi.

Otomatis, saya sempat berpikir mencarikan alternatif lain untuk menghindari tekanan udara pada telinga Adek Fi.

Hingga di bandara keberangkatan saya masih belum terpikir Adek Fi mau diberikan apa untuk penutup telinganya. Bersyukur saya jalan bersama Tante Gita yang baik hati. Tante Gita menyiapkan cemilan untuk dibagikan ke anak-anak yang ikut dalam perjalanan kami tersebut. Saat itu ada Ayyas (anak Mba Alida), Abang Fi dan Adek Fi.

Tante Gita memberikan permen lolipop, kalau jaman saya SD dulu sebutannya permen kojek. Jika Abang dan kakak Ayyas memakannya saat di bandara, saya menyimpan permen tersebut buat Adek Fi makan selama perjalanan di pesawat. Begitu pesawat siap take off, Adek Fi saya berikan permen tersebut. Alhamdulillah Adek Fi tidak teriak sakit atau menangis karena kupingnya saat take off.

traveling bersama anak
permen lolipop yang dimakan Adek Fi saat take off pesawat

Yes, aktifitas mengunyah atau mengemut sesuatu dapat mengurangi sakit di telinga karena tekanan udara dari perubahan ketinggian.

Siapkan permen atau cemilan hingga pesawat take off. Waktu perjalanan kemarin, permen dari Tante Gita hanya bertahan 1 jam sudah habis. Adek Fi sempat teriak sakit saat pesawat landing. Alhamdulillah pramugarinya baik hati. Adek Fi diberikan coklat untuk dikunyah selama landing.

Jadi semua masalah selama first flight buat Adek Fi teratasi dengan baik melalui campur tangan Allah kepada orang-orang disekitar kami.

Nah, 3 persiapan tersebut yang saya lakukan selama traveling bersama anak. Memang terkesan rempong, tapi jika kita well prepare traveling bersama anak ini jauh-jauh hari dan banyak mencari tahu pengalaman teman-teman lainnya, traveling bersama anak terasa mudah dan menyenangkan.

Semoga tulisan ini pun bisa membantu teman-teman yang ingin traveling bersama anak.


Waasalam





1 comment

Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya unknown langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^