Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum w.w.
Kalau dibilang perjuangan seorang Ibu benar-benar dasyat, itu benar adanya. Proses hamil dan melahirkan bukan saja merelakan fisiknya, tapi juga mentalnya. Jangan dipikir setelah melahirkan ibu akan lepas penderitaannya, tapi jika kita yang berada didekat tidak bisa menjaga kesehatan mentalnya, maka peluang bunuh diri pun bisa dilakukan.
Pastinya teman-teman yang sudah menjadi ibu, pernah dengan istilah baby blues? Atau yang level lebih tinggi lagi PPD (Post Pastrum Depresion). Inilah yang harus disadari oleh para ayah dan keluarga disekitar ibu yang baru saja melahirkan.
Ummi pernah merasakan hal itu?
Pernah, kedua anak saya dua-duanya merasakan baby blues, bahkan saat Adek Fi sudah sampai PPD. Keinginan bunuh diri pun ada disaat setahun memiliki Adek Fi. Bahkan kepikiran ingin di ruqyah juga ada. Semua itu berawal dari meninggalnya anak saya yang kedua. Hingga menimbulkan kecemasan berlebihan kepada Adek Fi.
Untungnya akal sehat saya masih lebih kuat dari gangguan kesehatan jiwa saya. Saya langsung terbayang pesan tegas dari Rasulullah untuk orang-orang yang bunuh diri. Saya masih bisa berpikir, bahwa masalah saya memang selesai di dunia, tapi akankan menjamin saya di akhirat tidak kena siksa neraka karena tindakan bunuh diri saya? Adakah yang menolong saya disana?
Tapi tidak semua orang bisa seberuntung saya. Banyak yang mengabaikan akal sehat untuk akhirnya memutuskan mengambil jalan pintas dengan melakukan bunuh diri. Hal inilah yang berusaha dicegah oleh Kementrian Kesehatan RI.
Pada tanggal 9 Oktober, Kemenkes RI mengadakan acara temu blogger di ruangan Naranta Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Pada kesempatan itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Dr. dr. Fidiansjah, SpKJ., MPH selaku ketua panitia penyelenggara, mengatakan tema yang diangkat tentang kesehatan jiwa, karena bertepaan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober.
Bapak Fidi Kemenkes |
Sebab menurut Ibu Indria Laksmi Gamayanti, M.Si hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Wah, ini bukan angka yang sedikit ya. Dan 1 kematian akibat bunuh diri terjadi setiap 40 detik. Dan teman-teman tau nggak dibalik 1 kematian akibat bunuh diri itu, ada 20 percobaan bunuh diri yang tidak terdata. Duh saya termasuk yang 20 itu kah? Nggak saya belum pernah mencoba, hanya terlintas ingin melakukan.
Ibu Indria Kemenkes |
Subhanallah.. dari data-data yang dijabarkan oleh Ibu Indria itu mungkin ya Allah beri peringatkan keras bahaya bunuh diri dan pembalasannya di akhirat, melalui Hadits Riwayat Al-Bukhâri, no. 5778; Muslim, no. 109; lafazh bagi Al-Bukhâri bahwa diakhirat nanti yang bunuh diri akan melakukan hal menyakitkan tersebut selamanya. Contoh jika kita bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke jurang, maka di akhirat hal itu dilakukan berulang-ulang. Subhanallah.. disini saya jadi bersyukur memiliki Allah sebagai psikolog terbaik buat saya, saat saya mengalami PPD tersebut.
Bunuh diri ini sudah menjadi kematian no 2 untuk masyarakat yang berusia 15 – 29 tahun. Aah.. mungkin karena saya sudah berusia 40 tahun saat terkena PPD, jadi akal sehat masih bisa diajak bermain.
Menuru Bu Indria biasanya orang melakukan bunuh diri, karena dirinya merasa seperti dibawah ini :
- Kesepian
- Tidak dibutuhkan/tidak berguna
- Lelah dengan kehidupan
- Putus asa
- Tidak ada yang mendukung/merasa tidak ada yang peduli
- Tertekan akan suatu hal
Nah, bener banger deh itu. Saya merasakan itu semua. Karena saat Adek Fi lahir, saya nggak punya teman di rumah. Dulu waktu Abang masih ada almarhum Ibu yang nemani. Jadi nggak berlebihan depresinya. Jadi disaat Pak Suami pergi kerja, saya sendirian di rumah. Ada Mama Ayu tapi hanya sampai jam 11 pagi, selebihnya saya sendiri.
Selain itu kita sebagai masyarakat sosial juga bisa menjadi pemicu orang untuk bunuh diri, yaitu dengan melakukan hal-hal berikut ini :
1. Perlakuan yang diskriminatif dan judgemental menyakitkan
Ini looh yang sering terjadi. Saya sering banget menemui hal ini. Menjudge orang yang terganggu kesehatan jiwanya dengan kata “orang gila” atau “kurang iman”. Ada juga yang sudah menjudge “mandul” pada orang yang belum punya anak atau “perawan tua” bagi wanita yang belum menikah. Judgemental seperti itu sangat menyakitkan banget. Kalau saya dekat dengan orang-orang tersebut pasti langsung saya protes. Kezeeel.2. Membuat tulisan atau cerita tentang bunuh diri yang tidak tepat
Ini asli, saya saat menulis artikel ini pun hati-hati sekali, khawatir malah jadi menjerumuskan orang untuk bunuh diri. Tapi Insya Allah nggak yaa..Sebab menurut Ibu Indria, banyak tersebar website tentang bunuh diri yang menyatakan bahwa bunuh diri itu adalah perbuatan heroik. Ya Allaaaah.. heroik dari mana siiih. Neraka iya.. iiih.. gemez akutu.
Kemarin juga hadir Ibu Novi Yulianty dari komunitas MotherHope Indonesia. Beliau salah satu penyitas kesehatan jiwa. Beliau bercerita bahwa awal penyebab dia depresi karena dia saat hamil ikut komunitas bahwa lahir normal adalah menjadi ibu sebenarnya. Sehingga menimbulkan kecemasan yang tinggi, jika ia harus cesar. Dan ternyata beliau menjalankan lahiran secara cesar. Mulailah beliau meras menjadi ibu yang tidak berarti.
Ibu Novi, Motherhope Indonesia |
Jadi yaa memang sebaiknya kalau mau membahas apa-apa melihat dari 2 sisi, agar salah satunya tidak merasa terdiskriminasi.
3. Menganggap Pembicaraan Bunuh Diri itu Hal Tabu atau “Bukan Urusan Saya”
Nah, pada sesi ini saya agak tercengang mendengar penjabaran Ibu Indria. Beliau bilang kalau bunuh diri itu bisa menular. Jangan dipikir ini pembicaraan yang tabu dan bukan urusan saya, karena kita bisa berpotensi bunuh diri jika kita melihat ada yang bunuh diri. Wiiiih.. sereem... >_<Bunuh diri bisa menular |
Lalu bisakah semua itu dicegah?
Tentu bisa. Dr. Indria memberikan kepada kami cara mencegahnya.
Cara Mencegah Bunuh Diri Sudut Pandang Teman Pelaku
1. Tunjukan Empati
Memang melakukan percobaan bunuh diri bukan hal yang baik, tapi bukan berarti kita mencegahnya dengan mencemooh dan mengatai. Salah satunya dengan melabeli “kurang iman” atau “orang gila”.Dan benar juga orang melakukan percobaan bunuh diri itu sedang turun imannya, karena iman seseorang itu seperti roda, terkadang berada diposisi terbawah. Tapi bukan berarti kita menghujamnya dengan kata-kata tidak enak.
Orang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri itu karena merasa tidak dihargai, dengan memberikan label-label dan stigma negatif justru mempercepat proses bunuh diri terjadi.
Memberikan empati kepada yang kesehatan jiwanya terganggu, membuat orang tersebut merasa dihargai. Merasa bahwa dirinya masih dibutuhkan di dunia ini.
Allah saja memberikan kita untuk berempati kepada orang-orang yang mencoba bunuh diri dalam firmanNya :
وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allâh adalah Maha Penyayang kepadamu. (Surat An-Nisa’ayat 29)
Jika Allah saja memberikan kata-kata yang penuh empati, masa iya kita manusia biasa nggak bisa melakukan hal tersebut.
2. Ajak Bicara
Mereka yang sedang terganggu kesehatan jiwanya, hanya ingin didengarkan keluh kesahnya, beban hidupnya. Mereka selalu merasa kesepian, karena merasa tak seorang pun yang mengerti apa yang mereka rasakan. Dengan adanya teman bicara, minimal sedikit demi sedikit masalah mereka terhempaskan. Macam Syahrini.. hempaskan.Kalau perlu kita cek juga interaksinya di media sosial, kadang karena merasa sendiri, mereka melampiaskan masalah dan keluh kesahnya di media sosial. Dari interaksi di media sosial kita bisa ajak bicara mereka dengan baik-baik.
3. Bantu Selesaikan Masalahnya
Jika mereka sudah merasa dekat dengan kita, maka kita coba bantu selesaikan masalahnya. Salah satunya kita coba kenali teman-temannya. Berikan interaksi positif kepada mereka dengan melibatkan mereka ke kegiatan-kegiatan yang positif dan menyenangkan. Minimal kita membantu melupakan masalahnya dan membahagiakan batinnya.Oiya, kalau bisa sejak awal kita jauhkan alat-alat yang berpotensi digunakan untuk bunuh diri.
4. Ajak Cari Bantuan Profesional
Jika kita sudah semakin dekat dengan mereka, tapi mereka masih memikirkan masalahnya, coba kita ajak secara baik-baik untuk mencari bantuan profesional. Apakah itu pemuka agama ataupun psikolog.Psikolog kan mahal, Mba?
Bener sih, tapi menurut Pak Fidi obat-obatan kesehatan jiwa sudah di-cover oleh BPJS, namun petugas kesehatan jiwanya masih sedikit. Insya Allah akan bertambah, karena kini masyarakat juga sudah mulai terbuka dan sadar akan kesehatan jiwanya.
Cara Mencegah Bunuh Diri Sudut Pandang Diri Sendiri
Jika diatas adalah cara mencegah bunuh diri dari versi teman. Kini cara mencegah bunuh diri versi orng yang sedang terganggu kesehatan jiwanya, yaitu :1. Kuatkan niat untuk sembuh.
Seperti yang saya tulis diatas, bahwa semua hal itu dilaksanakan dari niat diri sendiri. Kuatkan niat bahwa kita ingib bahagia, baik dunia ataupun akhirat.2. Jauhi alat-alat yang berpotensi untuk bunuh diri.
Setelah mendapatkan kekuatan dari niat, simpan semua alat yang membuat kita berniat untuk bunuh diri. Apapun itu.3. Sibukkan diri dengan kegiatan yang menyenangkan.
Kesedihan akan terhempaskan, jika kita sibuk. Jangan biarkan diri sendirian. Tapi dengan mencari kesibukan, insya Allah fokus kita bisa teralihkan.4. Keluarkan emosi, jangan dipendam.
Jika kita sudah merasa tertekan, keluarkan emosi yang ada dalam diri kita. Bisa berupa ekspresi menangis, berteriak atau menulisSaat saya dulu, say melampiaskan dengan menangis meraung2 seperti anak kecil. Baik itu saat sendirian ataupun saat sholat malam. Paling nikmat menangis sejadi-jadinya saat waktunya Allah turun menemui hambaNya, yaitu di sepertiga malam.
Selain menangis seperti anak kecil, saya juga melampiaskannya ditulisan. Semua kemarahan, kecemasan yang ada dalam diri saya saya tuliskan dalam kertas. Setelah selesai dan merasa lega. Kertasnya saya sobek-sobek dan saya buang dengan niat semua aura negatif itu terbuang bersama sobekan kertasnya.
5. Hindari pemicu depresi.
Sampai saat ini saya masih melakukan ini. Saya berusaha menghindari berita-berita kematian anak-anak. Dan berita-berita jahat baik, terutama politik. Karena saat hamil anak kedua, disaat pilpres era jokowi prabowo yang pertama tahun 2014. Saya menganggap stress berita politik itulah yang membuat anak saya nggak kuat bertahan lama.6. Perbanyak ibadah.
Ini sudah pasti yaa. Agama itu ada untuk ketenangan jiwa kita. Mau agama apapun. Karena hanya yang menciptakan kita lah yang mengerti bagaimana dan siapa kita. Maka Allah lah yang bisa memberikan solusi terbaik untuk setiap masalah kita. Ingatlah selalu Allah tidak akan memberikan masalah diluar batas kemampuan hambaNya.7. Memaafkan diri sendiri.
Timbulnya kecemasan, karena diri selalu merasa bersalah dan tidak berguna. Maka kita sebagai yang punya diri, harus bisa memaafkan diri sendiri. Seperti : nggak apa lah lahiran cesar, yang penting anakku selamat, sehat dan tidak kurang satu apapun.Saya bersyukur banget bisa hadir diacara kesehatan jiwa kemarin. Dan merasa perlu untuk menyebarkan hal ini, kepada teman-teman, agar kita bisa peka terhadap lingkungan kita. Agar teman-teman juga tau bagaimana cara mencegah bunuh diri.
Jika boleh memilih, semua ingin menjalani hidup ini dengan perasaan bahagia dan senang tanpa ada gangguan masalah sedikit pun. Tapi yang namanya manusia rasanya tidak mungkin jika tak punya masalah. Kini bagaimana kita mengelolanya.
Menurut Ibu Novi juga, semua kekuatan itu akan muncul dari diri kita sendiri. Jika kita tau kita punya masalah kejiwaan, maka niatkan kita untuk berusaha terlepas dari masalah tersebut. Semua pertolongan orang lain akan sia-sia, jika kita sendiri menolak untuk memperbaiki kesehatan jiwa kita.
Yuk, kita jaga kesehatan jiwa kita selain fisik kita. Semangat sehat!
Wassalam
Post a Comment
Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya unknown langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^