Tahukah kamu ada berapa banyak sampah makanan di Indonesia per tahunnya? 13 juta ton pertahunnya. OMG!! Ini data sumbernya dari Badan Ketahan Pangan Kementan looh. Itu artinya setiap tahun rata-rata kita menghasilkan 300kg sampah makanan. Dan dari 13 juta ton tersebut 113kg berasal dari rumah tangga. Lalu bagaimana menguranginya? Ini saya tuliskan cara mudah mengolah sampah makanan di rumah. Lanjut yaa!
Bismillahirrahmanirrahiim, Cara Mudah Mengolah Sampah Makanan Di Rumah
Saya ingat betul waktu saya masih SD, saya ditegur sama sepupu saya. Saat itu kami sedang bertamu ke rumah atasan Papa. Kami melakukan ritual tahunan seperti biasa, berkunjung silaturahmi lebaran. Kebetulan sepupu saya sedang menginap di rumah, jadi daripada sendirian, Mama mengajaknya untuk ikut berkeliling bersama kami.
Yang namanya sedang berkunjung lebaran, pastinya kami disuguhkan makan besar. Iya.. nasi dan lauk pauk. Memang kami datang di jam makan malam. Dan sudah menjadi tradisi, kalau lebaran wajib makan berat. Seperti yang diajarkan Mama, agar kami mengambil makan secukupnya dan harus habis. Tapi begitu piring bersih licin, sepupu saya tiba-tiba meletakkan sesendok nasi diatas piring saya. Loh? Saya bingung. Lalu ia membisikkan, “Kalau makan di rumah orang itu jangan bersih banget piringnya. Kesannya rakus. Jadi harus sisa sedikit nasinya.” Hmm…
Bertentangan sekali dengan yang diajarkan Mama dan Papa kepada saya. Beliau selalu menekankan saya tidak boleh mubazir (boros) dalam hal apapun termasuk makanan. Jadi berusaha hidup bebas sampah makanan, tanpa menyisakan sedikit pun makanan yang saya ambil.
Bahkan sampai tulang-tulang ayam dan ikan tidak boleh kami buang. “Sisakan tulang dengan sedikit daging, biar bisa disedekahkan ke kucing liar. Ini rejeki mereka dari Allah lewat kita.” Begitu nasehat Papa kepada kami. Bahkan sudah setua ini pun, beliau masih mengingatkan hal itu terus. Jadi yaa piring kami benar-benar berusaha untuk bebas sampah makanan.
Bersyukurnya begitu menikah, saya mendapatkan suami yang sama persis ajaran orangtuanya dengan orangtua saya. “Biar saja kita diejek rakus, yang penting kita ikuti perintah Allah.” Begitu ucapan Pak Suami ketika saya menceritakan pengalaman dengan sepupu saya soal sampah makanan dan etika makan.
Yes, dalam Islam jelas sekali kita tidak boleh mubazir (boros). Dengan bersikap boros berarti kita bersahabat dengan syetan (Al A’raf : 31 dan Al Isra’ : 27). Kedua ayat tersebut benar-benar terpatri di memori saya. Bahkan duluuu saat saya kecil, sering sekali dengan kalimat “ayo habiskan! Kalau nggak habis nanti nasinya nangis” dari para orang tua dalam membujuk anaknya makan. Tapi tidak dengan orangtua saya.
Papa lebih menyebutkan ke kedua ayat tersebut kepada kami. Itu mempan banget ke saya, karena memang saya takut sama syetan. Bahkan sudah sebesar ini saja masih takut.. xixixi.. puas yaaa puaas cekikikannya.
Fakta tentang Sampah Makanan di Indonesia
Efek mubazir terhadap makanan yang mengakibatkan sampah makanan, baru saya ketahui setelah saya mengikuti beberapa pelatihan atau webminar. Bahwa faktanya menyumbang sampah makanan sama halnya kita merusak bumi.
Perlu teman-teman ketahui juga bahwa faktanya Indonesia termasuk negara tertinggi kedua yang menyumbang sampah makanan terbanyak loh. Jumlahnya nggak tanggung-tangung 13 juta ton per tahun. Sampah semua ituuu.. bukan duit.
Data negara yang memiliki sampah makanan terbanyak di dunia (photo by hipwee.com) |
Kalau dijadikan duit, maka kurang lebih sekitar 27 triliyun rupiah (berdasarkan data Badan Pusat Statistik - BPS). Duuuh banyak yaaa? Dan uang 27 triliyun bisa kita manfaatkan untuk berbagi kepada orang-orang yang kekurangan makanan. Iya, kaan.. daripada jadi sampah makanan, lebih baik kita sedekahkan kepada yang butuh.
Karena masih berdasarkan data BPS, jika sampah makanan 13 juta ton itu dikelola dengan baik, maka kita bisa menjadikan makanan enak yang bisa dinikmati oleh 11% penduduk Indonesia atau 28 juta penduduk miskin yang kurang mendapat asupan gizi. Dan hal tersebut bisa menjadi salah satu solusi masalah stunting dan wasting di Indonesia yang menjadi masalah terbesar di Indonesia karena mencapai 30% dari jumlah penduduk Indonesia.
photo by : IG Bandung Food Smart City |
Ya Allah… Kita menjadi negara kedua pencipta sampah makanan, tapi masih memiliki rakyat miskin yang masih butuh asupan gizi.. duh sedih.. -_-
Dampak Negatif Menimbun Sampah Makanan
Berdasarkan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa sampah yang dibuang dan ditimbun di tanah akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi, dimana selama proses tersebut akan menghasilkan air lindi (air sampah). Dan otomatis, jika air lindi tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan, yaitu mencemari tanah dan juga kualitas air tanah, baik yang dipermukaan ataupun di dalam tanah.
Menurut Ibu Rosa Vivien Ratnawati Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK dikutip dari bisnis.com, air lindi ini mempunyai konsetrasi tinggi yang berdampak pada turunnya kadar oksigen terlarut dalam air, sehingga air dengan kualitas seperti ini tidak layak digunakan untuk manusia, bahkan bisa mematikan hewan air.
Akan lebih berbahaya lagi jika air sampah ini terkontaminasi dengan senyawa logam berat. Jika tercemari oleh senyawa logam berat yang bersifat racun, menurut Ibu Rosa dapat menjadi penyebab kanker (carsinogen) seperti merkuri, timbal dan cadmium.
Selama proses pembusukan sampah organik, akan menghasilkan beberapa gas yang dapat mencemari kualitas udara, yaitu metana (CH4) dan hidrogen sulfida (H2S).
Metana adalah salah satu gas rumah kaca (GRK) yang dapat merusak lapisan ozon. Daya rusak metana terhadap "lapisan ozon sekitar 21 kali lebih kuat dibanding karbon diokasida (CO2).
Sedangkan Pembakaran sampah plastik yang mengandung senyawa chlorine dan styrine dapat melepaskan gas yang sangat berbahaya karena memiliki kandungan yang dapat menjadi penyebab kanker. Ternyata bukan dari air aja yaa penyebab kanker, dari udara pun juga.
Penyebab Menumpuknya Sampah Makanan
Sebenarnya jika diperhatikan, penyebab sampah makanan itu, karena dari prilaku kita sehari-hari. Ada 3 hal yang perlu kita ketahui penyebab adanya sampah makanan, yaitu :
Lapar Mata
Yes, lapar mata membuat kita membeli makanan apa saja yang kita inginkan, apalagi kondisi puasa seperti bulan Ramadan ini ya, tapiiii… begitu waktunya makan, perut kita tak sanggup untuk menampung semua makanan yang kita beli. Efeknya jajal sedikit-sedikit lalu buang. Jadi sampah makanan deeeh.. Duh sayang banget yaaa.. kalau ada saya bisa saya omelin.
Terlalu Lama Menyimpan Bahan Makanan
Kebanyakan menimbun bahan makanan atau membeli bahan makanan yang kita tidak butuhkan saat itu, efeknya makanan jadi lama tersimpan. Lalu kita pun lupa kalau makanan itu ada kadarluasanya. Kalau sudah kadarluasa, apalagi kalau bukan dibuang dan jadi sampah makanan? Duuuuh…
Perlakuan Terhadap Sisa Makanan
Sampah makanan juga sama dengan sampah lainnya. Ada yang bisa didaur ulang dan ada juga yang tidak. Disini kita harus pahami dulu sampah apa saja yang bisa dan tidak didaur ulang.
Adapun sampah makanan yang bisa didaur ulang seperti daun, buah, residu, dll. Sedangkan yang tidak bisa didaur ulang adalah tulang hewan yang tebal lebih dari 5cm, plastik, kaleng, dll.
Cara Mudah Mengolah Sampah Makanan di Rumah
Dari penjelasan diatas, maka untuk mengolah sampah makanan, saya biasa dengan melakukan program 5R ini di rumah. Program yang memang selalu dicanangkan untuk mengolah sampah makanan agar tidak menumpuk. Apa saja 5R itu?
REFUSE = Menolak
Menolak disini adalah menolak makanan yang tidak kita butuhkan. Jadi kita hanya membeli atau mengambil apa yang kita inginkan. Caranya saat hendak belanja, kita bisa buat daftar belanja dan hanya beli bahan makanan yang kita butuhkan.
photo by Bandung Food Smart City |
REDUCE = Megurangi
Saya suka kesal kalau lauk yang saya makan tidak habis 1 hari itu. Jadi biasanya saya membuat food preperation sebelum memasak. Saya menakarnya sesuai kebutuhan makan keluarga saat ini untuk menghindari masak berlebihan. Terkadang saya sudah mempersiapkan menu selama 3 hari.
Lalu saat makan saya sudah membiasakan ke keluarga kecil saya dengan mengambil porsi yang cukup dan menghabiskan makanan, tanpa sisa. Jika memang ada kelebihan makanan, biasanya saya bagi tetangga terlebih dahulu. Selain mengurangi sampah makanan, kita bisa dapat pahala sedekah kaan?
photo by Bandung Food Smart City |
REPURPOSE = Olah Ulang
Mengolah makanan sisa sudah menjadi kebiasaan saya. Walaupun saya sempat dibilang pelit, karena nggak mau rugi banget dan perhitungan. Padahal bukan begitu niat saya. Saya hanya tidak ingin ada makanan yang mubazir.
Seperti saat Adek Fi yang tidak suka makan pinggiran roti. Dia sukanya makan putihnya roti baik dengan cara makan biasa atau dicetak beruang.
Dulu awal-awal saya makan langsung, tapi yang ada saya gemuk sendirian. Karena saya nggak mau gemuk sendirian, saya mengajak keluarga saya untuk gemuk bersama dengan cara saya olah ulang pinggiran roti tersebut menjadi roti kukus yang bisa dimakan bersama. Jadi rata kaan? ^_^
roti kukus dari pinggiran roti yang nggak dimakan, jadi makanan enak. plastik kukusnya dicuci dan disimpan untuk dibuat roti kukus lagi nantinya. |
Menyimpan air rebusan ceker untuk digunakan sebagai air kaldu disetiap tumisan atau makanan kuah bermanfaat sebagai kolagen (hasil olahan sisa makanan untuk mengurangi sampah makanan) |
Selain itu, kalau dari yang saya baca di instagramnya Bandung Food Smart City, kita bisa juga mengolah sampah makanan menjadi eco enzym.
Untuk apa eco enzym? Teman-teman bisa baca digambar ini.
photo by Bandung Food Smart City |
REGROW = Tumbuhkan lagi
Nah, kalau urusan ini adalah kesukaan ibu saya dan kakek tetangga rumah nih. Ia akan menanam kembali biji pepaya, cabe,daun bayam, kangkung, dll kedalam pot atau tanah kosong di belakang rumah. Saya suka dikasih hasil tanamnya sama beliau-beliau ini.
ROT = Kubur Sampah Makanan
Kubur disini buka mengubur sampah berikut kemasannya yaa.. yang kita kubur cukup sampah makanan organik sehingga bisa dijadikan kompos untuk tanaman berkebun.
photo by Bandung Food Smart City |
Tentang Bandung Food Smart City
Jika teman-teman memperhatikan gambar-gambar yang saya berikan, pastinya melihat kata “Bandung Food Smart City”. Yes, semua kampanye ini adalah program dari komunitas Bandung Smart City. Komunitas Bandung Smart Cuty ini berdiri karena melihat permasalahan-permasalahan yang saya jabarkan diatas.
Program yang mereka kerjakan tentang mengolah sampah makanan. Hal tersebut merupakan wujud kolaborasi antara Rikolto veco, Fisip Unpar, dan Pemerintah Kota Bandung dalam rangka mewujudkan Bandung menjadi kota yang cerdas pangan guna mengurangi terjadinya food waste melalui berbagai program dan kegiatan yang dilakukan..
Untuk lebih lengkap programnya apa bisa dilihat dichanel youtube Bandung Food Smart City dibawah ini ya:
atau teman-teman bisa kepoin social media Bandung Food Smart City, yaitu :
Fanpage : bandungfoodsmartcity
Twitter : @bdgcerdaspangan
Instagram : @bandungfoodsmartcity
Youtube : bandungfoodsmartcity
Nah, saya sudsh melakukan 5R di keluarga kecil saya. Sekarang yuk, saya mengajak teman-teman untuk kurangi sampah makanan dengan dimulai dari keluarga kecil kita dulu yaa. Karena kebaikan tidak akan terwujud jika bukan kita yang memulainya terlebih dahulu. Semangkaaa.. Semangat, Kakak!
Ref :
website dan Social Media Bandung Food Smart City
www.mediaindonesia.com
www.dbs.com
www.sustaination.id
Wassalam
keren banget nih program dari komunitas Bandung Smart City, concern dengan lingkungan sekitar, dan bisa terus dijaga ke lingkungan lainnya
ReplyDeletemakasih ya mba sudah diingatkang. Menuju zero waste memang tidak mudah ya mba but at least saya mencoba untuk less waste di rumah, mulai dari smart shopping juga agar tidak berlebihan
ReplyDeleteUmmi mantap banget 5R-nya memang yah kalau ga laper mata kayakya ga asik tapi pas udah ada jadi sayang kalau kebuang penting banget food preparation itu yah
ReplyDeleteGak nyangka banget ternyata sebanyak itu sampah yang terbuang di rumah setiap tahunnya. Jd intropeksi dan kudu bisa mengelola sampah lebih baik lagi (Ainhy)
ReplyDeleteDi daerah saya pun banyak yang menganggap menghabiskan makanan ketika bertamu itu rakus, Mbak. Padahal zaman sudah canggih ya, sudah banyak akses kepada pengetahuan tapi ternyata masih saja ada pemahaman begitu.
ReplyDeleteBanyak banget ya sampah makanan kita. Kalau banyak yang sadar cara mengolahnya, insyaallah justru jadi bumi yang lebih baik.
ReplyDeleteNah aku juga kadang masih suka lapar mata, beli bahan-bahan makanan dan disimpan lama. Eh pas ditengok tau-tau udah mau ekspired aja hiks. Sekarang mulai dibiasakan beli bahan makanan seperlunya saja biar tidak jadi sampah makanan.
ReplyDeleteBener banget sih mbak, lebih baik diejek rakus daripada harus menyisakan makanan di piring. Itu juga aku ajarin ke anak-anak. Supaya mereka juga terbiasa mengambil makan secukupnya. Bandung keren banget ya menangani masalah ini. jempol deh
ReplyDeleteBeberapa kali bukber di hotel, lihat orang-orang ambil sebanyak-banyaknya tapi habis itu cuma dimakan sedikit, sisanya ditinggal. Anakku sampai bilang, jahat banget ya bund, orang yang buang-buang makanan begitu :(
ReplyDeleteah iya ya mbak, sampah makanan ini banyak banget ya
ReplyDeletebaiknya memang harus diolah secara mandiri, biar nggak menumpuk di TPS
Duh sedih ya mba ade banyak orang membuang-buang makanan padahal yang kekurangan gizi dan nggak bisa makan teratur tuh jutaan...
ReplyDeleteJadi prinsipnya 5 R ya mbak (refuse, reduce, repurpose, regrow, rot) dalam upaya pencegahan dan pengelolaan limbah sampah makanan
ReplyDeleteWah gak bisa merasa bangga ya kalau termasuk negara tertinggi kedua pemyumbang sampah makanan. Makanhya harus mengolahnya dari rumah dulu ya
ReplyDelete5R ini harus dijadikan pola gaya hidup yang baru. Dan iya niih, kak Ade, aku masih kerap membuang makanan gitu aja...makanya seneng banget kalau ada kucing berkunjung. Setidaknya makan kami yang berlebih bisa dimakan sama kucing.
ReplyDeleteSampah yang berasal dari dapur saya banyak banget nih. Bener-bener mesti bijak mengelolanya. Sampai sekarang belum konsisten juga di urusan pilah pilih sampahnya
ReplyDeleteNah ini mak makanya aku ngasih makan sesuai anak porsinya jadi ga sisa sisa alhamdulillah
ReplyDeleteTapi lain lagi kalau bekas olahan makann yng rada susah aku huhu pling ga kan bikin semua tanpa sisa :"(
Suka gemes kalau lagi liat di food court ga pada abisss
salah satu PR serius yang saya hadapi begitu menikah ya Mengolah Sampah Makanan ini Mbak. Pengennya zero waste kalau soal makanan, tapi ya masih belum bisa. Klau reGrow, saya suka regrow kalau beli buah nanas, nah itu tunasnya ditanam lagi, at least bisa nambahin tanaman hias di rumah
ReplyDeleteWaduh, ngeri juga Mak kalo ternyata kita selama ini sampah makanan yang kita hasilkan setiap tahunnya rata-rata sampe sevanyak 300kg. Nggak kebayang kayak gimana bahayanya kalo sampe menumpuk lebih banyak lagi. Harus beneran lebih selektif nih supaya nggak buang-buang lagi :'
ReplyDeleteBener banget Mbak, sampah organik memang lebih banyak daripada sampah yang anorganik sebenarnya kalau kita kategorikan setiap harinya.
ReplyDeleteTapi parah lagi Kalau umpama kita beli makanan di luar dengan membungkus Itu otomatis nambah sampah organik juga sama anorganik.
Wooww Indonesia penyumbang 13 juta ton sampah per tahun? Giilllssss. Tapi emang ya, tanpa disadari di rumah pun kayaknya aku jadi salah satu penyumbang sampah makanan yang cukup banyak. hiks.
ReplyDeleteBismillah mulai ikutan mba echa deh ni untuk menerpakan 5R
Hal yang nampak sepele jadi jarang disadari, buang sisa makanan menjadi hal biasa karena ngambil makanan berlebih atau masak banyak. Padahal dampak sampah ini serius . Sy mulai belajar nih ngolah sampah organik rumah tangga jd kompos
ReplyDeletedulu aku belajar cara ngolah sampah juga pas jadi relawan rumah baca, emang ribet harus pilih satu_satu tapi lama kelamaan terbiasa. kalau masih tinggal berdua atau bertiga mungkin gampang juga pilihnya tapi kalau serumah ada banyak orang dan pemikirannya beda, rada susah mba hihi padahal bagus bisa dijual ke abnk sampah
ReplyDeleteAlhamdulillah saya punya peliharaan ayam di rumah jadi kalau ada nasi dan lauk yang tidak termakan bisa dikasihkan ke ayam. Sedangkan sampah dapur yang organik saya timbun untuk kompos tanaman. Selalu bersyukur karena hampir tidak pernah ada sampah makanan tersisa
ReplyDelete