Bismillahirrahmanirrahiim, Menanamkan Karakter CEO pada Diri Anak.
Sejak pandemik banyak sekali para mama beralih hobi jadi penonton setia drama Korea (drakor). Daaan.. Hampir 90% drakor bertema romantis, tokoh utamanya pasti jabatannya CEO. Kalau nggak tokoh utama cowok yang CEO, pasti tokoh utama ceweknya. Kalau bukan CEO, minimal anak dari CEO ternama. Jarang gitu yang keduanya berasal dari kalangan biasa.
Udah pasti deh tuh ya, kalau dijejelin model cowok-cowok CEO, penonton pasti punya mimpi, "andaiiii saya punya suami CEO". Mau yang jomblo atau yang bersuami, pasti berandai-andai seperti itu. Ummi gimana? Hmm.. Pastilah ada.. Xixixixi.. Tapi saya lebih berpikirnya, "Bagaimana kalau punya anak seorang CEO?"
Nah sebelum menjadikan duo Fi seorang CEO, saya dan AFi wajib memulainya dengan menanamkan karakter CEO pada diri anak-anak kami. Ya, untuk menjadi seorang CEO, memang tak mudah dan seindah yang digambarkan di drama-drama romantis. Sekalipun 7 turunan dan 7 tanjakan harta berlimpah serta punya perusahaan dimana-mana, belum tentu memiliki karakter CEO (leadership) pada diri kita.
Kenapa sih Ummi besar banget keinginannya menanamkan karakter CEO pada diri anak-anak Ummi? Alasan saya sih sederhana yaa.. Dalam Islam setiap diri manusia adalah seorang pemimpin. Ada haditsnya nih..
Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya (HR. Muslim).
Nah dari hadits diatas saja sudah jelas, mau laki-laki atau perempuan semuanya pemimpin, minimal kita jadi pemimpin untuk diri kita sendiri. Makanya saya dan AFi merasa perlu menanamkan karakter leadership dalam diri anak-anak kami.
Fenomena yang terjadi saat ini banyak orangtua yang terlalu memanjakan anak-anaknya, sehingga mereka tidak mempunyai jiwa leadership dalam diri mereka. Ketika mereka mendapat kepercayaan untuk mengkoordinir atau memimpin seuatu pekerjaan terlihat bossy, semena-mena, banyak maunya bahkan terkesan keji tak punya empati terhadap partner kerja.
Nah, kita nggak mau kaan memiliki anak seperti itu. Maka mulai dari sekarang, yuk kita belajar bersama bagaimana menanamkan kararkter CEO pada diri anak.
Cara Menanamkan Karakter CEO pada Diri Anak
Sebelum saya rinci karakter apa saja. Udah pada tau kaan CEO itu apa?CEO (Chief Executive Officer) adalah posisi jabatan, yang mana posisi ini merupakan posisi tertinggi dari sebuah perusahaan.CEO bertanggung jawab dalam membuat berbagai keputusan demi keberlangsungan perusahaan dan tidak hanya itu seorang CEO juga akan bertanggung jawab menangani operasional perusahaan.
Seperti yang saya bilang untuk menjadi CEO tak semudah membalikkan telapk tangan. Harus menanamkan karakter CEO pada diri anak sejak dini. Berikut karakter-karakter yang harus ditanamkan:
- Displin
- Bekerjasama (Taem Work)
- Komunikatif
- Mampu Beradaptasi (Adaptablity)
- Good Planner & Kreatif
- Mampu Menyelesaikan Masalah (Solving Problem)
- Mau Terus Belajar (Lifetime Learner)
- Rendah Hati (Humble)
- Selalu Optimis (Optimistic)
- Bermanfaat untuk orang banyak
- Berpegang teguh dengan agama
Saya bersama AFi mempunyai cara cepat agar semua karakter tersebut bisa dipelajari oleh anak-anak kami, yaitu ikut organisasi.
Saya selalu menekankan ke anak-anak, terutama ke Abang ya yang sudah mulai remaja. Setiap Abang pulang, saya menekankan ke Abang untuk ikut semua kegiatan yang membutuhkan kepanitiaan atau organisasi. Di dalam organisasi, anak akan belajar bekerjasama dengan banyak orang. Pastinya mereka akan bertemu aneka ragam karakter orang. Sehingga mau tak mau belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tersebut dan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya.
Selain itu, organisasi adalah wadah untuk menunjukkan kreatifitas anak. Karena beroganisasi biasanya mempunyai tujuan jauh kedepan, maka anak akan dituntun untuk menjadi orang yang kreatif dalam menyusun rencana (good planner) yang baik untuk beberapa tahun kedepan.
Memang dalam mempelajari hal baru butuh kesabaran dan disiplin. Apalagi ketika kita mentok dalam menangani suatu masalah. Karena dalam organisasi pasti akan bertemu masalah-masalah baru dan anak harus mampu menyelesaikan masalah-masalah baru tersebut (solving problem).
Memang dalam mempelajari hal baru butuh kesabaran dan disiplin. Apalagi ketika kita mentok dalam menangani suatu masalah. Karena dalam organisasi pasti akan bertemu masalah-masalah baru dan anak harus mampu menyelesaikan masalah-masalah baru tersebut (solving problem).
Saya selalu menekankan ke anak-anak, “Jangan katakan tidak bisa, ketika menemukan masalah. Karena tak ada yang sulit di dunia ini selama kita mau belajar. Kalau keinginan belajar itu sudah tak ada dalam diri kita. Maka masalah demi masalah akan terus menumpuk. Masalah harus dihadapi bukan dihindari.”
Ketikaa anak ikut dalam sutu organisasi, maka ia punya kesempatan untuk menjadi pemimpin, baik itu sebagai ketua organisasi atau ketua-ketua lainnya. Saya selalu menekankan juga ke anak-anak, “Ketika posisi kita diatas, tetaplah rendah hati. Karena dunia ini berputar. Tak selamanya kita berada diatas, suatu saat kita pasti butuh pertolongan orang. Kalau kita tidak sombong, kita bisa berempati dan positif thinking dalam setiap kegiatan. Maka mudah bagi kita untuk menjalankan semua rencana dan ide ide kreatif kita. Karena dengan rendah hati semesta akan mendukung kita.”
Sifat optimis juga harus ditanamkan dalam beorganisasi, tanpa sifat optimis organisasi yang kita jalankan tidak akan berkembang. Tentunya dengan berorganisasi, kita punya visi untuk kebutuhan orang banyak. Maka dari itu, berorganisasi menanamkan karakter apa yang kita kerjakan harus bermanfaat untuk orang banyak. Ya buat apa organisasi, kalau untuk kepentingan diri sendiri. Useless.
Nah untuk poin terakhir, ini dibentuk dalam didikan keluarga, bukan organisasi. Pondasi agama dalam seorang CEO harus kuat. Sebab tanpa aturan agama yang ditanamkan dalam diri anak-anak akan tumbuh pemimpin pemimpin serakah dan tak beradab.
Saya selalu berkaca dengan Bapak M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE. Beliau dalam menjalankan bisnisnya sebagai CEO, selalu menanamkan nilai-nilai agama dalam pekerjaannya. Beliau banyak sekali bersedekah baik berupa ilmu ataupun materi, kepada para pelaku umkm. Jadi royal beliau dalam bersedekah ini lah yang membuat beliau terpanggil sebagai salah satu CEO dari Kompas 100 CEO Forum di Istana Negara Jakarta yang diselenggarakan oleh Harian Kompas.
Ketikaa anak ikut dalam sutu organisasi, maka ia punya kesempatan untuk menjadi pemimpin, baik itu sebagai ketua organisasi atau ketua-ketua lainnya. Saya selalu menekankan juga ke anak-anak, “Ketika posisi kita diatas, tetaplah rendah hati. Karena dunia ini berputar. Tak selamanya kita berada diatas, suatu saat kita pasti butuh pertolongan orang. Kalau kita tidak sombong, kita bisa berempati dan positif thinking dalam setiap kegiatan. Maka mudah bagi kita untuk menjalankan semua rencana dan ide ide kreatif kita. Karena dengan rendah hati semesta akan mendukung kita.”
Sifat optimis juga harus ditanamkan dalam beorganisasi, tanpa sifat optimis organisasi yang kita jalankan tidak akan berkembang. Tentunya dengan berorganisasi, kita punya visi untuk kebutuhan orang banyak. Maka dari itu, berorganisasi menanamkan karakter apa yang kita kerjakan harus bermanfaat untuk orang banyak. Ya buat apa organisasi, kalau untuk kepentingan diri sendiri. Useless.
Nah untuk poin terakhir, ini dibentuk dalam didikan keluarga, bukan organisasi. Pondasi agama dalam seorang CEO harus kuat. Sebab tanpa aturan agama yang ditanamkan dalam diri anak-anak akan tumbuh pemimpin pemimpin serakah dan tak beradab.
Saya selalu berkaca dengan Bapak M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE. Beliau dalam menjalankan bisnisnya sebagai CEO, selalu menanamkan nilai-nilai agama dalam pekerjaannya. Beliau banyak sekali bersedekah baik berupa ilmu ataupun materi, kepada para pelaku umkm. Jadi royal beliau dalam bersedekah ini lah yang membuat beliau terpanggil sebagai salah satu CEO dari Kompas 100 CEO Forum di Istana Negara Jakarta yang diselenggarakan oleh Harian Kompas.
Kompas 100 CEO forum |
Bapak Feri ini dalam usahanya, bukan sekedar mengembangkan bisnis logistiknya saja, tapi beliau banyak membantu umkm dengan program program inovatifnya. Suatu kehormatan beliau bisa diundang di acara yang melakukan diskusi panel bertajuk “Membuat Terang di Tahun Menantang.”
Beliau salah satu dari 100 CEO yang diajak berdiskusi 7 langkah menavigasikan pemulihan 2023. Diskusi yang juga dihadiri oleh Bapak Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Bapak Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan RI, serta Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI.
Bapak M. Feriadi Soeprapto, CEO JNE |
Pada acara tersebut, Pak Jokowi, Presiden RI menyampaikan bahwa kedepan kita harus tetap menggelorakan optimisme dan bekerjasama dengan seluruh pihak untuk bersama sama mendukung dan membangun perekonomian bangsa. Info lengkap beritanya bisa dilihat disini ya https://jnewsonline.com/
Nah, Mau anak-anak kita seperti Bapak Feriadi? Mulai sekarang tanamkan karakter CEO pada diri anak kita. Happy good day!
Wassalam
Hihihi sama kayak aku mba Ade, aku penggemar drama korea 😂 dan memang yang sering aku lihat di drama drama korea itu banyaknya peran CEO gtu ya. Jarang banget karakter orang biasa.
ReplyDeleteTapi aku setuju ama Mba Ade bilang, kalau kita pengen anak kita jadi CEO minimal kita mulai tanamkan karakter CEO pada diri anak . Aku juga pengen kalau anakku nanti remaja, aku saranin ikut organisasi. Karena ngelatih banget ya
wah makasi lho mba tips buat menanam karakter ceo pada diri anak, mau ah coba diterapkan
ReplyDeleteHUidiiih .. impian semua ortu ya anaknya jadi CEO - baik itu di perusahaan sendiri maupun perusahaan lain,
ReplyDeleteanw, Aku kok baru baca lanjutan hadits ini ya " setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya."
Salah satu usaha untuk mengajarkan anak-anak menjadi pemimpin adalah dengan mengikutsertakan dalam kegiatan berorganisasi di sekolah. Mau nggak mau mereka belajar banyak dari berorganisasi
ReplyDeleteKeren banget pak Feriadi bisa menanamkan nilai agama dan jadi CEO hebat. Memang bener salah satu cara belajar jadi CEO bisa lewat organisasi. Di sana kita akan ditempa meningkatkan skill dalam banyak hal.
ReplyDeleteSelain drama korea yang ada tokohnya CEO, di novel online juga banyak yang menyuguhkan tema tersebut dengan tokoh CEO. Dan itu selalu menarik untuk dibaca.
ReplyDeleteMasya Allah ... Bapak M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE ini selalu aktif melakukan berbagai kebaikan ya, Mbak. Sangat memperhatikan penanaman nilai-nilai. Makanya beliau menjadi salah satu CEO dari Kompas 100 CEO Forum
ReplyDeleteIya banyak banget manfaat dari berorganisasi, yang pastinya juga bisa mengasah karakter CEO dalam diri seorang anak. Punya anak CEO, duh saya kok kepengen juga ya.
ReplyDeleteMakasih sharingnya sangat bermanfaat semoga anak kita kelak bisa jadi ceo amiimnn yang kencenggg (gusti yeni)
ReplyDeleteAku setuju bahwa mengikuti kegiatan organisasi banyak banget manfaatnya. Bisa menambah wawasan, memperluas pergaulan, banyak kegiatan positif dan bisa bikin jadi lebih percaya diri. Tentunya untuk melatih jiwa pemimpin dalam diri anak. Nice post, Mbak Ade.
ReplyDeleteAduh sebelum mengajarkan kepada anak saya sepertinya harus saya dulu yang belajar nih. Secara semuanya sifat bagus itu sangat bermanfaat dalam berbagai ruang lingkup kehidupan. CEO memang bukan sembarangan orang ya. Makanya banyak banget itu sifat yg harus dimilikinya
ReplyDeleteJadi CEO bisa dalam hal appun ya mbak Adem gak cuma memimpin perusahan besar, mulai dari yang kecil pun bisa jadi besar nanti sudah siap deh. Sejak dini menanamkan karakter CEO pada anak bagus banget nih apalagi didukung dengan orangtua yang memberikan contoh baik buat mereka makin mantap
ReplyDeleteWah, kalau mau anak tumbuh menjadi CEO yang hebat di masa depannya, maka harus mulai ditanamkan sejak dini seperti ini ya mbak
ReplyDeleteMau laki² atau perempuan, semua bisa jadi CEO ya, Mbak.
ReplyDeleteSalut sama JNE yang selalu mementingkan social impactnya.
Test
ReplyDeleteSelamat dan sukses untuk Bapak M. Feriadi Soeprapto selaku CEO JNE.
ReplyDeleteMenjadi sosok yang patut dicontoh karena tidak hanya sukses dalam membesarkan bisnis tapi juga memiliki citra yang baik di depan masyarakat.
Pak Feri ini teladan bagi banyak orang, tak hanya bagi karyawannya saja. Perhatian beliau pada karyawan dan masyarakat sekitar mendatangkan banyak kebaikan yang memajukan JNE hingga sekarang.
ReplyDeleteEmang pemimpin itu prosesnya ga ada yg instan, dari kecil udah ditanamkan kepemimpinan sesederhana organize mainan setelah pake itu aku setuju banget. Keren sih ya CEO JNE
ReplyDeletekarakter CEO ini memang harus ditanamkan sejak dini ya, mbak biar nanti kalau jadi pemimpin anaknya bisa jadi pemimpin yang bagus. aku sendiri dulu pas sekolah jarang banget ikut organisasi semoga aja sih ntar anak-anakku di sekolahnya suka berorganisasi
ReplyDeleteSebisa mungkin ajarin anak2 karakter seperti itu sejak dini. Jadi mereka terbiasa di saat besarnya. Aku ngajarin anak2ku untuk disiplin dulu. Karena menjadi seorang CEO harus bisa menunjukkan disiplin dirinya dalam segala hal ke anak buah.
ReplyDeleteLalu ajarin anak2 utk bisa mencari solusi. Krn itu yg dilakukan seorang CEO, bisa memecahkan masalah yg timbul di perusahaannya.
Pelan2 setelah anak terbiasa dan lebih besar , baru aku akan nasehatin untuk aktif di organisasi supaya bisa belajar team worknya
Kereb banget kepemimpinan Pak Feriadi ya JNE jadi maju dan terpercaya ekspedisinya, setuju banget ajak anak-anak gabung organisasi biar belajar berkomunikasi dan berani yaa
ReplyDeleteAnakku 3 laki semua. Dari kecil udh aku doktrin kalau laki-laki bakal jadi pemimpin dan harus amanah jg tanggung jawab. Aamiin
ReplyDeleteDari Pak Feriadi kita bisa belajar, bahwa untuk terus maju kudu mau adaptasi, inovasi, kerja keras, dan salutnya selalu menanamkan nilai agama.
ReplyDeleteJNE ngga cuma sekadar bisnis bercuan aja tapi bisa memberdayakan para UMKM yang bisa dukung pertumbuhan ekonomi Indonesia
Mental CEO emang kudu mental baja ya mbak, kunci sukses dalam bisnis. Harus ditanamkan sejak dini bahwa tak ada yang instan terutama dalam mencapai keberhasilan
ReplyDeleteKarakter untuk jadi seorang pemimpin apalagi CEO bukan main2 ya mba. Harus dibentuk dari kecil biar melekat dan menjadi karakter di diri anak. Semoga aja anak2 laki2 kita nantinya bisa jadi sebaik2 pemimpin ya, aamiin
ReplyDeleteMelatih karakter CEO ini bagus loh. Salah satunya kita membiasakan diri ketika ada uang, gak langsung dihabiskan. Karena pebisnis kan rezekinya gak tetap, jadi harus banget yg namanya nabung. Persiapkan kalau omset turun. Orang Minang yg ortunya pedagang, kenyang nih diajarin gini mulu, hahah...
ReplyDelete