Bismillahirrahmanirrahiim, Mengenal Kampung Lali Gadget.
Pulang sekolah Adek biasanya langsung minta handphone untuk dimainkan. Ya, saya memang memberikan waktu untuk anak-anak memegang gadget. Biasanya waktu yang saya berikan 2 jam setelah Adek pulang sekolah dan 1 jam sebelum tidur malam untuk weekday. Sedangkan weekend saya membebaskan ia memegang handphone sebanyak yang ia mau.
Loh ga takut bahayanya? Ga, karena biasanya hari Sabtu Minggu kami biasa bangun siang. Ia kami tidur lagi setelah sholat subuh. Dan Sabtu Minggu biasa kami gunakan untuk keluar rumah. Baik itu ke rumah Jid dan Nenek atau sekedar jalan-jalan ke playground dan kulineran. Jadi kalau dihitung-hitung yaa waktunya sama saja 3 jam dalam sehari. Karena Adek masih ada waktu tidur siang. Selebihnya saya siapkan buku gambar dan pensil yang banyak. Kadang saya ajak dia main yang sederhana seperti bingo.
Dia main gadget agak lama dari waktunya, paling ketika Umminya harus bertemu teman-teman sambil membawa dia.. atauuu.. Dia ditinggal seharian sama Abinya. Biasalah yaa kalau sama Abi mah nggak mau repot... Hhh..
Memang Adek lebih banyak megang gadget dibanding Abangnya, ketika seusia Adek. Waktu Abang kecil, banyak sekali anak-anak seusia dia yang bermain diluar lingkungan rumah kami. Malah kalau abang males keluar. Abang sampai saya usir untuk main diluar.
Memang Adek lebih banyak megang gadget dibanding Abangnya, ketika seusia Adek. Waktu Abang kecil, banyak sekali anak-anak seusia dia yang bermain diluar lingkungan rumah kami. Malah kalau abang males keluar. Abang sampai saya usir untuk main diluar.
Beda dengan Adek. Saat ini di lingkungan rumah kami tidak ada anak seusianya. Jadi Adek lebih banyak main di rumah, bermain dengan gadget, menciptakan animasi-animasi tokoh video kartun kesukaan dia. Ya, Adek sudah bisa membuat animasi dengan menggunakan Flippa Clip, dan membuat video singkat di aplikasi tiktok akun Abinya. Malah sekarang video postingan dia di akun Abinya yang lihat minimal 200 viewer. Malah pernah mencapai 3000 viewer.
Ya, itulah dunia anak sekarang. Sudah masuk ke dunia sosial media dan teknologi. Orangtua jadi kerja ekstra harus mengawasi ketika anak-anak main gadget.
Saya kadang membandingkan dengan dunia kecil saya dulu. Dimana kami (anak-anak papa mama) sama sekali jauh dr teknologi (gadget). Waktu gadget kami hanya hari Minggu pagi, nonton Unyil, Ria Jenaka dan Album Minggu Kita di televisi.
Ya, itulah dunia anak sekarang. Sudah masuk ke dunia sosial media dan teknologi. Orangtua jadi kerja ekstra harus mengawasi ketika anak-anak main gadget.
Saya kadang membandingkan dengan dunia kecil saya dulu. Dimana kami (anak-anak papa mama) sama sekali jauh dr teknologi (gadget). Waktu gadget kami hanya hari Minggu pagi, nonton Unyil, Ria Jenaka dan Album Minggu Kita di televisi.
Gadget di tahun 1980an hanya radio dan televisi. Selebihnya kami bermain di lapangan. Kebetulan rumah dinas papa di Papua, ada lapangan bulutangkis persis di sebelah. Lapangan bulutangkis beralas tanah dengan tiang-tiang dari bambu yang ditancapkan saat hendak main bulutangkis.
Lapangan itu oleh kami dijadikan pusat bermain anak-anak komplek saat itu. Mulai bermain galasin (gobaksodor), patok lele, benteng, tak jongkok, engklek, dan untuk anak perempuan main karet.
Lapangan itu oleh kami dijadikan pusat bermain anak-anak komplek saat itu. Mulai bermain galasin (gobaksodor), patok lele, benteng, tak jongkok, engklek, dan untuk anak perempuan main karet.
Kadang lapangan juga dipakai untuk olahraga yang bersifat bermain bersama, seperti bulutangkis, bola dan kasti. Aaah.. Seru banget deh membayangkan masa-masa itu.
Kalau saya perhatikan permainan tersebut sudah tidak kita temui lagi saat ini, terutama di kota-kota besar. Baik itu dilingkungan yang banyak anak kecilnya sekalipun. Permaian yang dimainkan sebatas permainan yang sering muncul dilayar kaca atau handphone. Mungkin karena tidak ada orangtua yang mengenalkannya yaa..
Wassalam
Main engklek |
Hal tersebutlah yang menggerakkan hati Achmad Irfandi untuk membuat program Kampung Lali Gadget di daerahnya.
Irfandi mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget untuk melestarikan ragam permainan tradisional yang kita rasakan dulu.
Mengenal Kampung Lali Gadget
Kampung Lali Gadget (KLG) merupakan program yang digerakkan oleh Achmad Irfandi sejak 1 April 2018. Pemuda asli Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, menggerakkan program ini karena kekhawatirannya terhadap bahaya kecanduan gadget yang dialami anak-anak. Meski di kampungnya tidak ada kasus serupa, Irfandi menggerakkan kegiatan ini untuk mengantisipasi agar kecanduan gawai bisa terhindar di lingkungan tempat tinggalnya.Achmad Irfandi |
Irfandi mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget untuk melestarikan ragam permainan tradisional yang kita rasakan dulu.
Irfan mendirikan suasana tersebut di depan rumahnya dan mengundang beberapa komunitas yang bergelut di dunia literasi. Mengangkat permainan tradisional untuk dikenalkan anak-anak jaman now sebagai tujuan dari Yayasan Kampung Lali Gadget yang dikelola oleh Irfan. Yayasan Kampung Lali Gadget ini mewadahi dan memfasilitasi aktivitas pendidikan bermain secara gratis bagi anak-anak.
Segala upaya dilakukan Irfan untuk mengenalkan mainan tradisional kepada anak-anak. Awal-awal, Irfan mengundang anak-anak di lingkungannya 2 bulan sekali bermain mainan tradisional untuk mengimbangi gadget. Dan ternyata cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai. Hingga akhirnya acara bermain itu dilakukan rutin setiap minggu yang diikuti kurang lebih 30 anak dan terbuka untuk umum.
Anak-anak yang datang diajak bermain secara tematik, tiap pekannya berbeda-beda. Bahan dan alat yang digunakan untuk bermain semua berbahan alam, seperti egrang, klompen tali, klompen panjang, gasing, yoyo dll. Mereka bebas boleh mencoba semua permainan tersebut.
Bukan cuma itu, anak-anak diajak bermain di sawah, menangkap lele, memetik buah-buahan, bermain dengan kerikil, udara, angin, batu, apapun tentang alam sesuai tema pekan itu.
Sudah hampir 4 tahun program ini berjalan, Irfan tak menyangka sama sekali karena perkembangan Yayasan KLG makin pesat diluar ekspektasinya. Makin banyak anak-anak yang datang ke tempatnya untuk bermain, bahkan artis Luna Maya saja sampai datang ke KLG bersama anak-anak. Bukan cuma itu, beberapa sekolah meminta bekerjasama dengan Yayasan KLG untuk pembelajaran siswanya.
Allah memang tidak tidur, siapapun hambaNya yang bekerja keras pasti dapat sesuai hasil kerjanya. Begitupun dengan Irfan. Dari 13.000an peserta yang daftar pada pemilihan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia, Irfan masuk ke 11 peserta terpilih sebagai pemenang. Bukan cuma dari Astra, Irfan dan Kampung Lali Gadget terpilih di 2 penghargaan lainnya, yaitu dari Pemprov Jatim dan Pertamina. Masya Allah.. Hebat ya..
Rencana Irfan kedepannya, beliau mau membuat lembaga pendidikan non formal berbasis kampung permainan tradisional. Irfan melihat sekolah alam banyak yang mahal itu sebabnya ia berharap rencanya terwujud sebagai pengganti sekolah alam. Saat ini yang dilakukan adalah mengumpulkan SDM-nya terlebih dahulu, karena Yayasan KLG baru punya 10 orang.
Nah, yuk kita dukung rencana mulia Achmad Irfan ini utk mengenalkan permainan tradisional. Dimulai dari keluarga kecil kita dulu saja. Kembalikan permaianan masa-masa kecil kita dulu, agar Kampung Lali Gadget bukan hanya ada di Sidoarjo, tapi ada di seluruh Indonesia.
Segala upaya dilakukan Irfan untuk mengenalkan mainan tradisional kepada anak-anak. Awal-awal, Irfan mengundang anak-anak di lingkungannya 2 bulan sekali bermain mainan tradisional untuk mengimbangi gadget. Dan ternyata cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai. Hingga akhirnya acara bermain itu dilakukan rutin setiap minggu yang diikuti kurang lebih 30 anak dan terbuka untuk umum.
Anak-anak yang datang diajak bermain secara tematik, tiap pekannya berbeda-beda. Bahan dan alat yang digunakan untuk bermain semua berbahan alam, seperti egrang, klompen tali, klompen panjang, gasing, yoyo dll. Mereka bebas boleh mencoba semua permainan tersebut.
Bukan cuma itu, anak-anak diajak bermain di sawah, menangkap lele, memetik buah-buahan, bermain dengan kerikil, udara, angin, batu, apapun tentang alam sesuai tema pekan itu.
Sudah hampir 4 tahun program ini berjalan, Irfan tak menyangka sama sekali karena perkembangan Yayasan KLG makin pesat diluar ekspektasinya. Makin banyak anak-anak yang datang ke tempatnya untuk bermain, bahkan artis Luna Maya saja sampai datang ke KLG bersama anak-anak. Bukan cuma itu, beberapa sekolah meminta bekerjasama dengan Yayasan KLG untuk pembelajaran siswanya.
Luna Maya main di Kampung Lali Gadget |
Allah memang tidak tidur, siapapun hambaNya yang bekerja keras pasti dapat sesuai hasil kerjanya. Begitupun dengan Irfan. Dari 13.000an peserta yang daftar pada pemilihan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia, Irfan masuk ke 11 peserta terpilih sebagai pemenang. Bukan cuma dari Astra, Irfan dan Kampung Lali Gadget terpilih di 2 penghargaan lainnya, yaitu dari Pemprov Jatim dan Pertamina. Masya Allah.. Hebat ya..
Achmad Irfandi menerima award Astra |
Rencana Irfan kedepannya, beliau mau membuat lembaga pendidikan non formal berbasis kampung permainan tradisional. Irfan melihat sekolah alam banyak yang mahal itu sebabnya ia berharap rencanya terwujud sebagai pengganti sekolah alam. Saat ini yang dilakukan adalah mengumpulkan SDM-nya terlebih dahulu, karena Yayasan KLG baru punya 10 orang.
Nah, yuk kita dukung rencana mulia Achmad Irfan ini utk mengenalkan permainan tradisional. Dimulai dari keluarga kecil kita dulu saja. Kembalikan permaianan masa-masa kecil kita dulu, agar Kampung Lali Gadget bukan hanya ada di Sidoarjo, tapi ada di seluruh Indonesia.
gadget memang banyak kegunaannya ya, tapi kalau pemakaiannya tidak dibatasi apalagi untuk anak2, malah jadi banyak permasalahannya juga. Semoga, saja kedepannya permainan tradisional masih dapat diketahui dan dimainkan sama anak2...
ReplyDeleteSukses selalu untuk Kampung Lali Gadget dan Achmad Irfandi.
ReplyDeleteSemoga senantiasa diberikan kemudahan karena memang gadget masa kini kala dipergunakan pada tempatnya, pasti sangat memudahkan segala aktivitas. Tapi jika digunakan secara berlebihan, apalagi pada anak, subhanallahu.. Suka serem sendiri ngliatnya.
Anak jadi lupa segala dan gak jarang jadi ada masalah di kesehatan.
Gak mau banget..
Masya Allaah semoga rencana mulia Achmad Irfan kembali pada permainan tradisional anak-anak di Kampung Lali Gadget akan terwujud dan menyebar ke seluruh Indonesia aamiiin
ReplyDeleteKeren banget ya kampung Lali Gadget ini, jadi anak bisa kembali ke fitrahnya bermain, bukan terus berjibaku dengan gadget semoga semangatnya menular ke daerah - daerah lain, aamiin.
ReplyDeleteKeberhasilan Achmad Irfandi untuk mengembalikan kebahagiaan anak-anak tanpa kecanduan gadget dan mengenalkan permainan tradisional patut diacungi jempol.
ReplyDeleteZaman kecil kita dulu emang indah ya, transisi antara gak melek gadget kemudian kenal internet dll. Jd masih sering bermain di luar. Tiada hari tanpa bermain terutama sama teman2 sebaya. Melakukan kenakalan2 kecil yg skrng bisa ditertawakan kalau ketemuan hehe.
ReplyDeleteKampung Lali Gadget ini aku sering denger tapi sampai sekarang aku ya belum pernah ke sana, Kyknya Sidoarjonya jauh dari pusat kota. Asyik kalau makin banyak kampung dan penggeraknya yg kyk gini ya.
Sejak dulu saya dan suami punya aturan yang sama untuk gadget ke anak-anak. Harus kasih mereka kegiatan seru. Mau bermain bersama anak. Jadi mereka gak sampai berlebihan dengan gadget malah jadinya lupa. Makanya anak-anak saya juga tetap tau permainan tradisional seperti orangtuanya. Semoga apa yang dilakukan Kampung Lali Gadget juga bisa diterapkan di banyak keluarga :)
ReplyDeleteSalut pada Irfandi yang menggerakkan kegiatan Kampung Lali Gadget untuk mengantisipasi agar kecanduan gawai bisa terhindar di lingkungan tempat tinggalnya. Semoga dari Sidoarjo bisa diteladani daerah lainnya...
ReplyDeleteSemoga mimpi Achmad Irfandi untuk mendirikan lembaga pendidikan non formal berbasis permainan tradisional bisa segera terwujud. Iya ya, sekolah alam itu memang biayanya mahal sekali.
ReplyDeleteSemoga apa yang Irfandi lakukan di Kampung Lali gadget ini bisa ditiru pemuda-pemuda di wilayah lain, jadi makin banyak anak yang terselamatkan dari kecanduan gadget
Wah Luna Maya ikut menanam padi di KLG, pasti seru ya...sayangnya lokasi cukup jauhdari rumah, kalo dekat mau banget ajak anak-anak jalan ke sana.
ReplyDeleteKampung Lali Gadget didirikan karena ada kecemasan dua pemuda melihat banyaknya anak-anak yang kecanduan gadget. Ini keren banget lho!
ReplyDeleteIde dan konsepnya bagus bangeet. Dulu pernah ikut kegiatan semacam ini di salah satu sekolah alam di depok. Seharian anak2 main secara berkelompok berbagai permainan tradisional, seni, keratifitas,dan kegiatan yg menyatu dg alam. Bener ga pegang gadget seharian itu. Mrk happy banget. Jd terinspirasi utk bikin kegiatan sejenis nih
ReplyDeleteSemoga banyak bermunculan kampung lali gadget di beberapa kota sehingga bisa menjadi kegiatan akir minggu anak2 jaman now.
ReplyDeleteBagus banget kampung lali gadget ini supaya anak2 byk aktifitas fisik pastinya lebih mengenal mainan tradisional (gusti yeni)
Keren banget ya De ide dari Achmad Irfandi ini menciptakan kampung lali gadget. Jadi buat anak-anak lupa dengan gadgetnya. Apalagi permainan disana sarat edukasi ya. Coba ya ada cabangnya di Depok
ReplyDeleteSalam: Dennise Sihombing
Kampung Lalu Gadget ini emang Seru mbak
ReplyDeleteAku sudah pernah ajak anak-anakku main kesini
Disini mereka bisa seseruan main permainan tradisional
Lali kalau dalam bahasa Jawa tuh lupa, jadi lali gadget artinya lupa gadget. Seru juga ini lihat permainan di Kampung Lali Gadget, karena memang gak semua anak sekarang tuh mengenal permainan seperti ini ya mak Ade.
ReplyDeleteKedua anakku masa kecilnya masih menikmati mainan jadul seperti engklek, gobak sodor, petak umpet. Tapi sekarang ya nggak bisa lepas dari gadget karena untuk mendukung pekerjaan mereka.
ReplyDeleteIrfandi keren loh, masih muda tapi memiliki kepedulian dengan efek negatif gadget pada anak-anak. Memang sih penggunaan gadget kalo tidak diatur pemakaiannya bakal bikin anak-anak kecanduan
Salut dengan ide Mas Irfan bikin Kampung Lali Gadget ini. Makin banyak soalnya nih anak muda yang mengalami kecanduan gadget. Perlu dibawa ke alam bebas dan diajak melakukan permainan yang melibatkan sensor inderawi seperti ini.
ReplyDeleteMain gadget ini PR banget buat ortu, apalagi kalau anak-anaknya yg tipe aktif tapi minim kegiatan. Untuk sekarang saya batasi penggunaan HP dengan tidak membelikan HP. Jadi HP saya untuk bersama. Otomatis waktunya gantian. Kalau si kakak yang udah dikasih HP, kita kasih aturan tegas sehingga gak berlebihan. dan kepentok tanggung jawab tugas sekolah juga akhirnya dia bisa batasi sendiri. Btw kalau ada Sekolah Alam yg biayanya miring gitu, saya juga minat banget krn pada dasarnya anak2 direkomendasikan di sekolah model begitu. Cuma sebagian besar Sekolah Alam memang mahal dan jauh dari rumah. Semoga Kampung Lali Gadget bisa menyebarkan semakin banyak pengaruh baik untuk anak.
ReplyDeleteNgeri ya mbak sekarang itu, dimana-mana ketemunya anak-anak pegang gadget. Aku punya aturan megang gadget di rumah. Keren banget ini kak Irfan, dengan banyaknya kegiatan otomatis anak anak lupa sama gadgetnya ta karena main gini lebih seru
ReplyDeleteMemang bagus ide kreatif dari Achmad Irfandi ini. Kalau lingkungannya mendukung seperti di KLG, mungkin anak-anak bisa benar-benar lepas dari gadget, ya. Tapi kalau lingkungan tidak mendukung, kadang main permainan tradisional, trus nanti balik lagi main gadget. Soalnya anakku gitu, Mbak. Huhu.
ReplyDeletesenang banget nih bisa mengenal kampung lalu gadget, senang bisa belajar mengenai kampung ini, anak-anak juga harus lebih banyak bermain ya agar tidak main gadget berlebihan ya
ReplyDeleteWah sukses ya mas Irfan dengan Kampung Lali Gadged. Bisa menarik perhatian anak-anak dan bnyk orang dengan kegiatan positif tnpa gawai.
ReplyDeleteSemoga tumbuh sosok-sosok pencipta kampung gadget yang lain, karena jaman sekarang faktanya memang ga bisa pisah dari gadget ya Umm.
ReplyDeleteAku pas baca ini, udh niat bangetttt kalo nanti ke Sidoarjo, aku amu ajakin anak2 ke sini Mbaaa. Seandainya mereka nyediain penginapan , ga masalah juga nginep di sana, demi anak2 bisa ngerasain permaianan zaman dulu yg aku sering mainin ❤️.
ReplyDeleteBaguuus banget konsepnya mas Irfandi ini. Butuh ketekunan , dan tekad kuat banget utk bisa mendirikan kampung begini demi anak2 bisa lepas sebentar dari gadget 👍
Aku pun membatasi anak2 Ama gadget mba. Tp weekend mereka bisa main sepuasnya. Ttp dengan pengawasan. Dan lagian ga menampik Krn gadget juga, si Kaka pun skr jago edit2 video dan foto. Malah jagoan dia drpd emaknya yg lebih gaptek 😅.
Tapi memang di usia mereka ya jangan Diksh screen time terlalu lama yaaa. Biar mereka juga ga jadi antisosial nanti nya
Terkadang makanya anak2 main gadget pun karena memang area bermain itu yg udah makin susah, terlebih di kota besar. Dengan adanya area bermain, serta ragam permainannya, moga anak2 pun jadi mengurangi main gadget plus jadi banyak gerak dan berteman juga. Keren ya idenya.
ReplyDelete