Bismillahirrahmanirrahiim, Kaleidoskop Ade UFi Menjadi Contenr Creator.
Dulu tak terpikirkan oleh saya memiliki profesi sebagai content creator. Di otak saya konsisten hingga saya SMA mempunyai cita-cita menjadi seorang Pramugari. Harapan saya sempat pupus karena SMA saya mulai menggunakan jilbab. Tapi saya kembali semangat, ketika Tante dan Om saya, yang berprofesi Pramugari dan Pilot Garuda saat itu, menyemangati saya bahwa saya bisa jadi pramugari haji. Duuh siapa yang ga seneng. Ke Tanah Suci gratis tiap tahun. Makin semangatlah saya mengejar cita-cita itu.
Namun ternyata begitu masuk kuliah mulai tergoyahkan dengan profesi sebagai pegawai Bank. Alasannya sederhana, Kakek saya salah satu Direktur di Bank BDN (sekarang jadi Mandiri), sehingga anak cucunya semua masuk dengan mudah ke Bank tersebut. Yaaa namanya juga jaman dulu yaa.. Nepotismenya masih kuat, jadi seperti kerajaan, kerjaan bisa di wariskan.. Xixixi..
Tapi entah kenapa, seperti tak dapat ridha Allah. Banyak aja hambatan saya untuk menjadi pegawai Bank. Padahal setiap saya tes masuk ke Bank mana pun saya lulus setiap tahapan tesnya, mengalahkan ratusan pelamar. Herannya ketika tinggal selangkah lagi saya jadi pegawai bank, pasti saja gagal.. alias nggak lulus tes. Tinggal 1 tes lagi loooh.. Selalu gagal.
Ya, Itu dulu… sekarang saya sudah paham kenapa dulu saya selalu gagal menggapai apa yang saya inginkan itu. Allah sayang saya, makanya Allah pilihkan profesi terbaik saya yaitu menjadi seorang guru. Dan ketika menjadi guru itulah saya baru sadar bahwa saya sudah menjadi content creator sejak SMP.
Jika jaman SD masih seputar menulis surat ke kakek dan tukar-tukaran kertas surat, maka SMP saya mulai menulis cerita saya di buku.
Tentunya remaja tahun ini nggak asing kan dengar kata "Dear Diary". Yes, tahun ini adalah tahun dimana remaja suka banget menulis diary.
Diary berupa buku dengan ukuran lebih kecil dari buku tulis, agak tebal halamannya, memiliki hard cover dan terkadang ada gemboknya. Biar nggak dibaca-baca. Kalau jaman now digantikan sama password kali yaa.
Di buku diary itulah cikal bakal saya menjadi content creator, terutama untuk konten blog. Segala kisah sehari-hari saya dituangkan dalam buku Diary. Terutama cerita-cerita lucu, senang, sedih dan jatuh cinta. Semua deh.
Khayalan saya pun saya tuangkan ke dalam buku diary. Hingga saya menemukan majalah Anita Cemerlang. Di majalah Anita Cemerlang ada catatan kecil informasi untuk memasukkan cerpen ke majalah tersebut. Duuuh tergiur dooong untuk mencobanya. Saya tinggal menyalin diary saya, sambil diedit-edit sesuai kebutuhan majalah tersebut.
Alhamdulillah dari 10 cerita yang saya kirim cerita ke 11 baru diterima majalah Anita. Senangnyaaa.. Ketika saya dapat surat bahwa tulisan saya diterima, lalu beberapa minggu kemudian saya dikirimkan majalahnya dan wesel (iyaaa tahun itu belum ada tabungan untuk anak kelas 2 SMA, apalagi saya belum 17 tahun) sebesar Rp 75.000. Kebayang dooong tahun 1992 dapet uang segitu? Berasa tajir.. hahaha… norak. Biar saja.
Apalagi posisi saya di Lampung, yang biaya kebutuhannya lebih rendah dari Jakarta. Naik angkot dari SMAN 3 Tanjung Karang, Bandar Lampung ke rumah saya di Basuki Rahmat, Teluk Betung cuma 200 perak. Sekarang kayaknya sudah 10.000 atau 20.000 kali ya? Udah lama banget. Dan kalau ke Lampung juga nggak pernah naik angkot lagi.. xixixi… Kebahagian luar biasa untuk anak SMA dapat uang sendiri.
Hingga akhirnya di tahun ini, saya yang saat itu berprofesi seorang guru TIK SD, dapat tugas dari koordinator lab komputer untuk memasukkan menulis blog dalam kurikulum. Mau nggak mau saya mulai pelajari dulu blog itu apa. Biar saya bisa paham materi ajar untuk anak-anak. Mulailah saya buat blog pertama saya di Blogspot. Ketika saya jalani.. loh ini kayak nulis diary ya.
Bagai kuda lumping yang habis kena pecutan penarinya, mulai deh bermunculan lagi tuuuh skill menulis saya yang terlatih sejak SMP. Soalnya kan mau nggak mau saya harus isi dulu dong blog saya. Masa ngajar buat blog, tapi gurunya nggak punya tulisan di blog yang dibuat.
Sejak saat itu, setiap ada yang menarik perhatian saya, saya tulis di blog. Biasanya saya luangkan waktu 15 menit pagi hari, sebelum saya mulai mengajar, untuk isi konten blog. Alhamdulillah apa yang saya lakukan itu manfaatnya bukan saja saya paham materi ajar, tapi ternyata tulisan saya banyak menambah nilai sertifikasi saya sebagai guru. Syarat lulus sertifikasi harus memiliki poin 1000 keatas. Dan saya termasuk 7 orang yang lulus langsung sertifikasi tanpa PLPG (pelatihan guru dalam menggapai sertifikasi) dari 20 orang yang dikirim sekolah. Alhamdulillaaah…
Kali ini saya nggak mau terulang 2x kejadian vacum dari menulis. Maka saya latih skill saya dengan ikut pelatihan-pelatihan menulis. Dan ikut komunitas penulis. Biar makin terasah.
Sudah punya blog berbayar, mulailah saya masuk kedalam komunitas blogger. Saat itu saya diajak untuk masuk KEB (Komunitas Emak Blogger). Sebenarnya saya sudah diajak sejak tahun 2011 masuk komunitas ini, tapi di tahun yang sama saya sedang merintis komunitas menulis juga. Sayangnya saya tidak bisa lanjutkan mengembangkan komunitas tersebut, karena saya sempat down pasca melahirkan anak kedua saya yang meninggal. Jadi lebih banyak cueknya. Hingga saya benar-benar pulih ditahun ini dan ikut berkegiatan dengan komunitas lagi.
Saya ingat benar diakhir tahun 2016 ini saya diajak oleh Mak Icoel (ketua KEB saat itu), untuk ikut event blogger berbayar. Itu adalah event pertama saya sebagai blogger. Makanya sampai kapanpun sama ibu satu itu dan sama KEB saya nggak pernah lupa.
Namun ternyata begitu masuk kuliah mulai tergoyahkan dengan profesi sebagai pegawai Bank. Alasannya sederhana, Kakek saya salah satu Direktur di Bank BDN (sekarang jadi Mandiri), sehingga anak cucunya semua masuk dengan mudah ke Bank tersebut. Yaaa namanya juga jaman dulu yaa.. Nepotismenya masih kuat, jadi seperti kerajaan, kerjaan bisa di wariskan.. Xixixi..
Tapi entah kenapa, seperti tak dapat ridha Allah. Banyak aja hambatan saya untuk menjadi pegawai Bank. Padahal setiap saya tes masuk ke Bank mana pun saya lulus setiap tahapan tesnya, mengalahkan ratusan pelamar. Herannya ketika tinggal selangkah lagi saya jadi pegawai bank, pasti saja gagal.. alias nggak lulus tes. Tinggal 1 tes lagi loooh.. Selalu gagal.
Ya, Itu dulu… sekarang saya sudah paham kenapa dulu saya selalu gagal menggapai apa yang saya inginkan itu. Allah sayang saya, makanya Allah pilihkan profesi terbaik saya yaitu menjadi seorang guru. Dan ketika menjadi guru itulah saya baru sadar bahwa saya sudah menjadi content creator sejak SMP.
Kaleidoskop Ade UFi Menjadi Content Creator
Tahun 1989 : Cikal Bakal Content Creator
Tahun ini adalah tahun saya menjadi siswi berseragam putih biru. Dimana masa-masa ini adalah masa penuh cerita. Sayangnya saya bukan type yang suka curhat kesana kemari lewat omongan. Yes, saya lebih suka bercerita lewat tulisan.Jika jaman SD masih seputar menulis surat ke kakek dan tukar-tukaran kertas surat, maka SMP saya mulai menulis cerita saya di buku.
Tentunya remaja tahun ini nggak asing kan dengar kata "Dear Diary". Yes, tahun ini adalah tahun dimana remaja suka banget menulis diary.
Diary berupa buku dengan ukuran lebih kecil dari buku tulis, agak tebal halamannya, memiliki hard cover dan terkadang ada gemboknya. Biar nggak dibaca-baca. Kalau jaman now digantikan sama password kali yaa.
Di buku diary itulah cikal bakal saya menjadi content creator, terutama untuk konten blog. Segala kisah sehari-hari saya dituangkan dalam buku Diary. Terutama cerita-cerita lucu, senang, sedih dan jatuh cinta. Semua deh.
Tahun 1992 : Gaji Pertama Seorang Penulis
Waktu pun berlalu, saya masih konsisten menulis dairy untuk setiap kegiatan saya. Hingga saat masuk tahun ini, saya mulai suka menghayal. Yaa saya suka menghayal cerita romantis. Nggak berani pacaran (walau banyak yang bilang suka.. Somboooong ^o^), jadinya pacaran lewat imajinasi.Khayalan saya pun saya tuangkan ke dalam buku diary. Hingga saya menemukan majalah Anita Cemerlang. Di majalah Anita Cemerlang ada catatan kecil informasi untuk memasukkan cerpen ke majalah tersebut. Duuuh tergiur dooong untuk mencobanya. Saya tinggal menyalin diary saya, sambil diedit-edit sesuai kebutuhan majalah tersebut.
Alhamdulillah dari 10 cerita yang saya kirim cerita ke 11 baru diterima majalah Anita. Senangnyaaa.. Ketika saya dapat surat bahwa tulisan saya diterima, lalu beberapa minggu kemudian saya dikirimkan majalahnya dan wesel (iyaaa tahun itu belum ada tabungan untuk anak kelas 2 SMA, apalagi saya belum 17 tahun) sebesar Rp 75.000. Kebayang dooong tahun 1992 dapet uang segitu? Berasa tajir.. hahaha… norak. Biar saja.
Apalagi posisi saya di Lampung, yang biaya kebutuhannya lebih rendah dari Jakarta. Naik angkot dari SMAN 3 Tanjung Karang, Bandar Lampung ke rumah saya di Basuki Rahmat, Teluk Betung cuma 200 perak. Sekarang kayaknya sudah 10.000 atau 20.000 kali ya? Udah lama banget. Dan kalau ke Lampung juga nggak pernah naik angkot lagi.. xixixi… Kebahagian luar biasa untuk anak SMA dapat uang sendiri.
Tahun 2009 : Awal Mula Nge-Blog
Et dah, De… lompatnya jauh beneeer… 16 tahun. Iya… sayangnya sejak saya terima uang hasil jerih payah sendiri, saya justru berhenti menghayal lagi. Bukannya semangat menulis. Soalnya saya saat itu sudah mulai mempersiapkan diri untuk ikut ujian kelulusan. Begitu kuliah di Jakarta malah justru nggak kepikiran sama sekali melanjutkan menulis. Yaa apalagi kalau bukan mengejar cita-cita jadi pegawai bank itu.Hingga akhirnya di tahun ini, saya yang saat itu berprofesi seorang guru TIK SD, dapat tugas dari koordinator lab komputer untuk memasukkan menulis blog dalam kurikulum. Mau nggak mau saya mulai pelajari dulu blog itu apa. Biar saya bisa paham materi ajar untuk anak-anak. Mulailah saya buat blog pertama saya di Blogspot. Ketika saya jalani.. loh ini kayak nulis diary ya.
Bagai kuda lumping yang habis kena pecutan penarinya, mulai deh bermunculan lagi tuuuh skill menulis saya yang terlatih sejak SMP. Soalnya kan mau nggak mau saya harus isi dulu dong blog saya. Masa ngajar buat blog, tapi gurunya nggak punya tulisan di blog yang dibuat.
Sejak saat itu, setiap ada yang menarik perhatian saya, saya tulis di blog. Biasanya saya luangkan waktu 15 menit pagi hari, sebelum saya mulai mengajar, untuk isi konten blog. Alhamdulillah apa yang saya lakukan itu manfaatnya bukan saja saya paham materi ajar, tapi ternyata tulisan saya banyak menambah nilai sertifikasi saya sebagai guru. Syarat lulus sertifikasi harus memiliki poin 1000 keatas. Dan saya termasuk 7 orang yang lulus langsung sertifikasi tanpa PLPG (pelatihan guru dalam menggapai sertifikasi) dari 20 orang yang dikirim sekolah. Alhamdulillaaah…
Kali ini saya nggak mau terulang 2x kejadian vacum dari menulis. Maka saya latih skill saya dengan ikut pelatihan-pelatihan menulis. Dan ikut komunitas penulis. Biar makin terasah.
Tahun 2011 : Menjadi Penulis Amatir
Alhamdulillah dari latihan menulis, saya berhasil masuk dalam penulis yang terpilih cerpennya untuk buku antologi yang diterbitkan Diva Press. Ini tahun pertama kali saya punya buku cetak. Biasaaa yang pertama-tama itu sering norak, begitupun ketika dapat buku cetak pertama. Saat itu penulis kan bagai artis. Bedanya nggak keliatan wajahnya… hahaha… Apalagi pakai nama pena. Baru buku antologi itu aja dah kayak artis, gimana yang buku solonya bejibun. Seperti 2 teman saya saat ini. Leyla Hanna dan Eni Martini… saya berasa jadi teman artis.. xixixi…Buku cetak perdana Ade UFi |
Tahun 2016 : Menjadi Seorang Blogger
Ini awalnya saya menjadikan blog saya blog berbayar, karena saya dapat info dari teman saya Nitalanaf, kalau blog bisa menghasilkan uang. Tapi dijadikan TLD dulu blognya. Mulai lah saya seriusin untuk menyewa hosting. Hingga akhirnya blog awal saya yang mempunyai nama link www.ceritacantiq.blogspot.com berubah menjadi www.adeufi.com.Sudah punya blog berbayar, mulailah saya masuk kedalam komunitas blogger. Saat itu saya diajak untuk masuk KEB (Komunitas Emak Blogger). Sebenarnya saya sudah diajak sejak tahun 2011 masuk komunitas ini, tapi di tahun yang sama saya sedang merintis komunitas menulis juga. Sayangnya saya tidak bisa lanjutkan mengembangkan komunitas tersebut, karena saya sempat down pasca melahirkan anak kedua saya yang meninggal. Jadi lebih banyak cueknya. Hingga saya benar-benar pulih ditahun ini dan ikut berkegiatan dengan komunitas lagi.
Saya ingat benar diakhir tahun 2016 ini saya diajak oleh Mak Icoel (ketua KEB saat itu), untuk ikut event blogger berbayar. Itu adalah event pertama saya sebagai blogger. Makanya sampai kapanpun sama ibu satu itu dan sama KEB saya nggak pernah lupa.
Mulai dari situlah rejeki mengisi konten di blog datang pelan-pelan. Saya makin dipercaya koordinator acara dari komunitas manapun, karena saya terus berusah memperbaiki tulisan saya sehingga bisa memenangkan berberapa lomba blog. Hampir setiap tahunnya saya pasti menang, minimal 1 lomba blog. Hingga akhirnya saya mantap untuk bilang ke orang-orang profesi saya adalah seorang blogger. Profesi yang tahun 1989 tak terpikirkan sama sekali dalam kamus manapun.
Saya mulai mengasah keilmuan saya sebagai blogger. Termasuk mempelajari SEO dan Google Adsense (salah satu wadah blog saya menghasilkan uang)
Tahun 2017 : Berkenalan dengan IndiHome
Ditahun inilah saya berkenalan juga dengan IndiHome, internet provider dari Telkom Indonesia. Yes, sebagai blogger jaringan internet amat sangat dibutuhkan. Waktu saya menjadi guru, saya mengandalkan jaringan LAN di sekolah. Dimana kalau saya pulang yaaa saya nggak bisa lihat apa-apa lagi di internet. Mengandalkan kuota sim card.. subhanallah jaman dulu 1 GB aja kudu ngeluarin kocek 100rb. Cobaaaa… bayangkaaaan sodara-sodara.Jadi ketika pegawai Telkom datang ke rumah, menawarkan pesawat teleponnya diganti dengan yang fiber optic, lalu menggunakan modem dan kita dapat 50 GB untuk internet, langsung saya terima. Saya dapat trial 3 bulan free internetan di rumah dan unlimited. Coba… siapa yang nggak mau? Saya Cuma bayar abudemen telepon rumah 60ribuan kalau nggak salah, dapat 50 GB dengan kecepatan 10 Mbps. Kan enak tuh. Udah gituuu.. begitu dipakai koneksi internetnya wus wus wus… lancar jaya semuanya.
Setelah lewat masa trial 3 bulan, saya pun tanpa ragu melanjutkan penggunaan IndiHome hingga saat ini. Bahkan kami sekarang sudah ikut berlangganan yang 30Mbps, karena di rumah ada karyawan papa yang juga ikut memakai provider internet Telkom Indonesia ini, apalagi kalau bukan IndiHome. Sejak saat itu aktivitas saya sebagai blogger menjadi aktivitas tanpa batas. Saya jadi bisa berkonten ria bersama IndiHome.
Tes
Dan di tahun ini juga saya resmi menggunakan profesi content creator. Sebab seorang blogger tidak hanya bisa menulis saja, kami dituntut untuk bisa mengisi konten instagram, youtube dan twitter. Sebab saat itu klien banyak memberikan syarat menggunakan 3 sosial media tersebut. Malah tahun ini pula muncul Tiktok. Jadilah kami para blogger bukan mengasah ilmu menulis saja, tapi kami juga harus bisa mengedit foto, membuat video sampai editingnya. Bahkan dilatih mengambil foto layaknya fotografer profesional. Juga semua ilmu yang berhubungan dengan desain grafis. Semua harus saya kuasai.
Untungnya hal tersebut sudah terlatih sejak saya mengajar dulu. Materi ajar SD tempat saya mengajar, lebih fokus ke desain grafis untuk pelajaran TIK, dibanding programer. Bedanya saat saya mengajar menggunakan PC dan laptop, ketika saya menjadi content creator menggunakan handphone.
Ya, bukan hanya seorang content creator, namun untuk profesi apapun, jika ingin bertahan dan membesar, ia harus terus berinovasi dan belajar hal baru. Seperti IndiHome yang terus berinovasi setiap produknya mengikuti perkembangan jaman, terutama dibidang teknologi.
Modem wifi IndiHome di rumah. Sengaja taro di tangga biar dapat sibyal 2 lantai xixixi.. |
Tahun 2020 : Dunia Digital dan Content Creator
Tahun ini adalah tahunnya online. Semua dilakukan dengan internet, karena tahun ini Indonesia dilanda virus Covid dan sudah menggugurkan banyak rakyatnya. Beruntung sekali saya berlangganan IndiHome, pengeluaran untuk internet lebih murah, karena saya nggak butuh paket kuota simcard yang biasanya saya gunakan ketika keluar rumah.Dan di tahun ini juga saya resmi menggunakan profesi content creator. Sebab seorang blogger tidak hanya bisa menulis saja, kami dituntut untuk bisa mengisi konten instagram, youtube dan twitter. Sebab saat itu klien banyak memberikan syarat menggunakan 3 sosial media tersebut. Malah tahun ini pula muncul Tiktok. Jadilah kami para blogger bukan mengasah ilmu menulis saja, tapi kami juga harus bisa mengedit foto, membuat video sampai editingnya. Bahkan dilatih mengambil foto layaknya fotografer profesional. Juga semua ilmu yang berhubungan dengan desain grafis. Semua harus saya kuasai.
Untungnya hal tersebut sudah terlatih sejak saya mengajar dulu. Materi ajar SD tempat saya mengajar, lebih fokus ke desain grafis untuk pelajaran TIK, dibanding programer. Bedanya saat saya mengajar menggunakan PC dan laptop, ketika saya menjadi content creator menggunakan handphone.
Ya, bukan hanya seorang content creator, namun untuk profesi apapun, jika ingin bertahan dan membesar, ia harus terus berinovasi dan belajar hal baru. Seperti IndiHome yang terus berinovasi setiap produknya mengikuti perkembangan jaman, terutama dibidang teknologi.
Orang bilang menjadi content creator itu enak dan mudah. Tidak, content creator tetap sama dengan profesi lainnya. Butuh skill yang diasah. Butuh banyak belajar hal baru dan punya ide-ide kreatif untuk membuat konten yang banyak disukai orang. Butuh proses. Seperti proses yang saya lakukan hingga saat ini. Karena ilmu dan teknologi terus berkembang.
Bukan secara teknis saja kita mengasahnya menjadi lebih baik, tapi etika kita dalam pekerjaan juga perlu diperbaiki. Jadi bukan cuma penikmat konten kita saja yang suka, melainkan klien produk-produk yang kita jadikan konten juga suka. Prinsip saya, jika kita mau terus bertahan menjadi content creator ya lakukan semua itu.
Nah, itulah kaleidoskop Ade UFi menjadi content creator. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi siapa pun untuk menjadi seorang content creator. Semangat, Kakak!
Nah, itulah kaleidoskop Ade UFi menjadi content creator. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi siapa pun untuk menjadi seorang content creator. Semangat, Kakak!
Wassalam
Si nita nih kalo soal duit emang cepet banget yak, hahahah... Alhamdulillah diriku punya partner ngeblog yg hebat2 kayak Ummi dan Mba Nurul juga. Btw waktu di Jakarta juga diriku pasang Indihome. Kalau gak pasang, uwww... rumah deket apartemen, bikin susah sinyal kalo pake yg kecil2 gitu.
ReplyDeleteGara-gara Miss Nita juga nih akhirnya aku menerima job2 hahaha dapat cuan alhamdulillaah. Senang sekali punya teman seperti mbak Ade dan Nita, saling support. Seperti IndiHome mendukung segala kegiatan online kita. Mbak Ade keren ya banyak menang lomba blog dan pandai urusan bebikinan konten.
DeleteKok aku kepo ya apaa isi diary mb Ade, apa ada nama kayak tokoh di SD itu loh wkwkkwkw. Tapi alhamdullilah ya, kita dikasih berkah masih eksis di era digital di usia yang menuju mendewasa (jangan sebut tua, pamali), uangnya bisa buat jajan dan anak-anak, juga kita jadi silaturahmi kan.Panjang rejeki dan umur, Insaallah
ReplyDeletewoww nggak nyangka mba ade udah jadi content creator dari tahun 80an, keren banget mba
ReplyDeletejadi keinget momen aku waktu SMP dulu juga, pernah kirim cerpen ke majalah remaja dan dimuat, dan honornya dikirim lewat wesel juga, berjaya banget ya namanya wesel tahun 90an waktu itu
apalagi sekarang dunia internet udah merajalela, kita mau bikin konten online pun makin mudah
iya nih salut ama Mbk Ade, skill terus bertambah nih dengan perubahan zaman di era digital ini
DeleteMBak udah jadi content creator, eh aku belom lahir, wakakaka. Dulu tuh sama sekali gak kepikiran buat jalani profesi sekarang. Ingetnya tuh suka bikin ringkasan aja. Ngirim tulisan juga ditolak mulu. Maklum, belajarnya otodidak banget
ReplyDeleteWow ternyata Mbk Ade dulu pernah nulis di Majalah Anita keren loh aku dulu suka baca majalahnya. Barokallah Mbk terus berkarya.
ReplyDeleteKece deh pas remaja dah dapat duit dari anita cemerlang. Moga sukses selalu dan tulisannya banyak menginspirasi
ReplyDelete75 ribu jaman tahun segitu tuh udah buanyaaak banget ya mbak, apalagi buat anak SMA.
ReplyDeleteSaya dulu juga pernah jaman SMA kirim-kirim tulisan ke majalah, tapi nggak pernah di muat.
Sepakat, jadi content creator itu bukan sekedar bisa nulis ataupun ngomong di depan kamera, butuh banyak ketrampilan pendukung yang harus terus diasah
Kerennn banget mbak Ade mah bisa dirunut gini pengalamannya, hahaha aku mana inget.. tapi baca ini jadi mencoba ingat-ingat kembali sejak kapan pula aku ngonten ya.. semangat terus mbak Ade
ReplyDeletewaaah mualinya dari tahun 1989 nih mba.. sudah cukup lama juga yaa. Selamat dan semoga selalu semangat untuk menjadi content creator yang seru
ReplyDeleteera digital sekarang ini anak remaja sudah bisa menghasilkan cuan dari membuat konten di media sosial
ReplyDeleteSalut dengan konsistensi mba Ade yang sejak awal menulis langsung di majalah. Tetap berkatya dan berbagi inspirasi ya mba. Oh ya dan benar skarang kita nggak hanya buat ngeblog aja tapi harus bisa di platform lain ya
ReplyDeleteMasya Allah, tetap semangat ya Mama. Btw siapa itu yang bilang jadi konten kreator enak dan mudah, hehehe. Dia belum tau bts nya sih, cuma lihat hasilnya di sekian menit yah, hahaha.
ReplyDeletewihh keren banget perjalanannya mbak, walau sempat vakum jg yaa. sekarang tetap semangat ya mbak dan jadi content creator yg makin keren2 karyanya
ReplyDeleteKak Adee..
ReplyDeleteLika-liku kehidupan itu ya.. MashaAllah~
Mendewasakan sekali dan menjadi kak Ade yang super bijaksana dan berkepribadian hangat seperti saat ini.
Semoga semangat berkonten teruus membara sehingga memberikan inspirasi bagi banyak pembaca blog dan fllower kak Ade di sosial media lainnya.
Menginspirasi banget sih perjalanan ngeblognya Mak. Rasanya bahagia ya akhirnya dipertemukan dengan apa yang menjadi passion. Semoga sukses terus dan menjuarai berbagai kompetisi blog ya Maak...
ReplyDeleteMba Ade mengalami masa jaya majalah Anita Cemerlang juga yaa...wah serasa balik ke masa muda juga nih mba. Malah kontributor ya klo mbaade, mantapp emang content maker dr dulu nih
ReplyDeleteMasyaAllah, dari tahun 92 udah dapet honor nulis di majalah ya, mbak? Kereen pisaaan...
ReplyDeleteAku dari dulu juga pengen banget bisa sering kirim dan dapet honor dari media. Baru sekali doang tembus Femina. Abis itu nyoba kirim cernak, eh gagal semua, haha.
Sekarang kayaknya makin banyak juga ya platform novel online? Pengen ih coba kirim-kirim lagi. Selama internet lancar, kudu semangat nih. Jangan kalah semangat ama Mba Ade ah.
Lama jadi content creator bikin banyak pengalaman dan juga suka duka. Terus jadi orang bermanfaat lewat tulisan
ReplyDeleteWaah, dari aku masih kecil udah nuliiss, pengalaman yang gak bisa ditampikkan lagi ini mah, ahaha. Keren mbak. Walaupun sempat terpendam cukup lama, begitu ngerasain asiknya nulis (apalagi kayak nulis diary), passionnya hidup kembali dan akhirnya jadi konten kreator kayak sekarang yaa :D
ReplyDeleteSukses selalu jadi content creator ya Mak. Saya juga sedang meniti karir di jalan ini karena resign dari dosen.
ReplyDeleteWah ternyata udah cukup lama ya Mba jadi konten kreator dari tahun 1989. Tahun 1992 dapat gaji dari penulis. Jadi blogger juga udah lumayan lama. Meski awalnya pengen jadi pramugari tapi jalannya jadi penulis dan blogger ya Mba
ReplyDeletekalau saya tertarik buat bikin blog TLD itu dari baca tulisan mbak katerina trus pernah sekali juga dapat job waktu blog masih gratisan habis itu langsung cus pindah ke TLD setelah cuti melahirkan selesai. hihi. nggak terasa sudah mau 7 tahun ngeblog dan menghasilkan uang dari blog
ReplyDelete