Plépah Memberikan Solusi Hijau untuk Dunia yang Lebih Berkelanjutan

Monday, November 4, 2024

Dalam sebuah produk inovatif, ada kisah inspiratif yang menggugah untuk dibaca. Kali ini saya akan mengangkat cerita inspiratif dari Plépah. Sebuah produk karya anak negeri yang bukan hanya sekadar ramah lingkungan, tetapi juga menjadi tonggak pemberdayaan masyarakat. Plépah membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa, khususnya para petani dengan memanfaatkan limbah pertanian. Yuk baca lanjutannya, untuk menelusuri lebih dalam bagaimana Plépah berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru

Bismillahirrahmanirrahiim, Plépah Memberikan Solusi Hijau untuk Dunia yang Lebih Berkelanjutan

Pukul 04.00 pagi, setiap harinya, saya sudah sibuk berjibaku di dapur. Bunyi seruling panci kukus berpadu dengan chopper pisau diatas talenan. Ya, saya sudah mulai sibuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk Adek Fi dan Pak Suami.

Bakpao isi coklat adalah menu wajib untuk bekal Adek Fi. Adek Fi memang tidak suka bawa nasi, jadi saya selalu mengakalinya dengan bakpao atau roti. Makan menu lengkap biasanya saat sarapan sebelum berangkat dan makan siang sepulang Adek Fi dari sekolah. Kalau Pak Suami sudah pasti yaa nasi lengkap dengan lauk, sayur dan buah.

Saya memang membiasakan hal itu sejak dari Abangnya kecil. Membawa bekal bukan sekedar untuk berhemat, tapi juga mengurangi sampah plastik. Hubungannya apa? Sudah jelas yaa, kalau anak-anak senang jajan diluar, selain tidak sehat, otomatis mereka ikut menyumbang sampah yang susah terurai oleh bumi. Apalagi kalau bukan plastik dan styrofoam.

Ya, hampir sebagian besar makanan atau jajanan yang kita temui sehari-hari terbuat dari plastik. Penggunaan plastik sebagai kemasan memang praktis dan murah, namun dampak buruknya bagi lingkungan sudah tidak bisa kita abaikan lagi. Timbunan sampah plastik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup makhluk hidup lainnya.

Popularitas plastik semakin besar sejak abad ke-20. Penggunaan plastik yang semula hanya skala kecil, kini telah masuk ke kehidupan modern, bahkan menjadi lifestyle. Bagaimana tidak, plastik yang semula diproduksi ratusan juta pada tahun 1930 melonjak drastis hingga 150 juta ton per tahun di tahun 1990-an.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, Indonesia menghasilkan sekitar 38,3 juta ton sampah per tahun. Dari jumlah tersebut, 19,18% atau setara dengan 5,75 juta ton adalah sampah plastik. Sesuai data tercantum, Plastik urutan kedua masalah sampah di Indonesia setelah sampah sisa makanan. Angka ini sangat mengkhawatirkan mengingat plastik membutuhkan waktu hingga 400 tahun untuk terurai.


Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : Capture form website SIPSN 

Baca juga : Cara Mengolah Sampah Makan di Rumah

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : Capture form website SIPSN

Coba deh kita bayangkan, jika kita tidak segera mencari solusinya, maka jutaan ton sampah plastik akan terus menumpuk dan menjadi beban bagi generasi mendatang. Memang untuk saat ini kita tidak bisa menghilangkan sampah plastik, namun kita bisa berkontribusi mengurangi sampah plastik, hingga nantinya plastik sudah tidak digunakan lagi dan digantikan oleh bahan lain yang mempunyai fungsi dan kekuatan yang sama dengan plastik. Seperti yang dilakukan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, co-Founder dan CEO Plépah.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : SWA.co.id


Solusi Mengatasi Sampah dengan Sampah

Membaca profil Rengkuh Banyu Mahandaru, saya baru sadar, ternyata tak semua sampah itu bermasalah, ada beberapa sampah yang bisa digunakan untuk membantu mengurangi masalah sampah yang susah terurai oleh bumi. Sulitnya terurai dan bahaya bagi lingkungan, membuat banyak orang berusaha mencari alternatif-alternatif lain yang bisa lebih ramah terhadap lingkungan.

Rengkuh Banyu Mahandaru menawarkan solusi inovatif dengan memanfaatkan sampah berupa limbah pelepah pinang. Beliau berhasil mengolah limbah pelepah pinang tersebut menjadi wadah makanan yang ramah lingkungan.

Melalui perusahaan rintisan yang ia bentuk, bernama Plepah Indonesia, Rengkuh melibatkan petani pinang hingga masyarakat umum untuk memproduksi wadah makanan ramah lingkungan. Di mana fokus utama Rengkuh menggantikan kemasan makanan styrofoam atau plastik.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : kompas.id

Plépah Sumatera Selatan dan Ekonomi Berkelanjutan

Pada tahun 2018, Rengkuh Banyu mulai melakukan pemetaan untuk mencari daerah dengan potensi produksi pelepah pinang yang melimpah. Menurut data Dirjen Perkebunan (Kementerian Pertanian Indonesia), Kebun pinang di Indonesia tersebar luas di berbagai wilayah, dengan total luas mencapai kurang lebih 147.890 hektar. Pulau Sumatera 42,388 ha, Nusa Tenggara/Bali 42.388 ha, Kalimantan luas 4,475 ha, Sulawesi 2.407 ha, dan Maluku/Papua 1.428 ha.

Dari data tersebutlah, Rengkuh Banyu Mahandaru, berfokus untuk meninjau perkebunan pinang di pulau Sumatera, sebagai pulau yang memiliki perkebunan pinang terluas di Indonesia. Dalam memulai usahanya Rengkuh memutuskan untuk melibatkan petani pinang di Sumatera Selatan.

Awalnya, Plépah menjalin kerja sama dengan banyak pihak, termasuk organisasi non-pemerintah (NGO) yang fokus pada konservasi hutan. Hal ini dikarenakan konsep Plépah yang berbasis komunitas, melibatkan pemberdayaan desa dan masyarakat

Hingga akhirnya di Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir Munyi, Banyuasin, Sumatera Selatan, Rengkuh bertemu dengan Pak Supriyanto ketua Koperasi Mendis Maju Bersama. Bersama Pak Supri, Rengkuh mengajak masyarakat mengolah limbah pelepah pinang sebagai pendapatan ekonomi alternatif, untuk membuat eco friendly food packaging dan foodwares. Sebuah produksi tanpa mengganggu keberlangsungan hutan konservatif, namun tetap produktif untuk masyarakat sekitar.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : CNN youtube Channel

Sejak itulah, produksi pelepah pinang menjadi wadah makanan makin meningkat. Rengkuh, Pak Supri dan Tim Plépah bekerjasama dengan masyarakat desa mampu memproduksi hingga 50.000 wadah makanan dalam sebulan.

Tantangan Plépah : Berinovasi atau Mati

Apakah perjuangan Rengkuh dan Tim Plépah berjalan mulus? Oo tentu tidak, untuk mencapai keberhasilan pastinya akan mengalami pasang surut usaha. Seperti yang dirasakan Rengkuh dan Pak Supri.

Disaat wabah covid melanda, tahun 2020-2021, adalah salah satu tantangan terberat bagi Plépah. Menurut cerita Pak Supri, produksi Plépah sempat berhenti saat itu. Pak Supri dan tim Plépah hampir putus asa, karena dana sudah keluar banyak untuk produksi, tapi tidak jalan karena wabah. Namun mereka tetap berusaha dan terus belajar cara memasarkan produk, hingga tahun ini produksi wadah makanan Plépah masih terus bertahan.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : CNN youtube Channel
 
Tantangan berat lainnya bagi tim Plépah, adalah membangun rantai pasok (Block Chains) dengan meyakinkan para petani pinang bahwa limbah agrikultur pelepah pinang bisa memiliki nilai jual.

Harapan Rengkuh bersama Plépah adalah membuat Desa Mendis sebagai contoh Desa yang bisa mengelola limbah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar desa. Bukan cuma bermanfaat bagi penduduk desa, tapi menjadi produk yang mempunyai nilai jual. Produk yang bisa dirasakan manfaatnya ke seluruh desa-desa di Indonesia, tanpa harus merusak lingkungan. Produk yang bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, tapi juga berkontribusi pada perbaikan lingkungan global.

Plépah Jambi Menjalankan Visi Startup

Dalam menjalankan ide kreatifnya, Rengkuh tidak sendiri. Beliau mendaulat Achmad Noufal untuk memperluas area produksi dengan mencari lokasi kebun pinang lainnya. Tentunya yang berpeluang untuk produksi wadah makanan dari pelepah pinang. Lokasi kedua yang dipilih Rengkuh dan Tim Plépah adalah di Jambi. Karena selain mempunya luas kebun pinang yang besar, ada kisah historikal dari propinsi Jambi tersebut, yaitu nama Jambi berasal dari kata Jambe yang berarti "Pinang". 

Jika di Sumatera Selatan Plépah telah memulai langkahnya, maka di Jambi tantangan Plépah berbeda lagi. Provinsi Jambi, dengan luas perkebunan pinang mencapai 22.000 hektar, menjadi fokus berikutnya bagi Tim Plépah. Khususnya di Desa Teluk Kulbi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi

Achmad Noufal (Material Supply Chain Mapper Manager Plépah) bersama Tim Plépah lainnya, mengelola lahan pinang yang berlokasi di Jambi. Disana Naufal menghadapi tugas yang tidak mudah. Ia harus datang ke 13 desa untuk meyakinkan para petani tentang nilai jual pelepah pinang, seperti halnya di Sumatera Selatan.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : CNN youtube Channel

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Noufal dalam menjalankan proyek Plépah di Jambi adalah masalah kepercayaan. Petani pinang di wilayah ini seringkali skeptis terhadap inisiatif baru, terutama setelah mengalami pengalaman buruk ditipu oleh pihak lain.

Para petani khawatir, jika mereka sudah mengumpulkan limbah pelepah pinang, mereka akan kembali ditinggalkan begitu saja. Untuk mengatasi hal ini, Noufal menerapkan pendekatan yang berbeda. Ia berusaha langsung menjemput limbah pelepah yang telah terkumpul dan melakukan transaksi pembayaran di tempat. Langkah ini terbukti efektif dalam membangun kepercayaan petani terhadap tim Plépah

Di Jambi Noufal memberikan kepercayaan kepada Pak Jangcik, sebagai koordinator pengepul limbah pelepah pinang. Naufal merasa sangat terbantu, karena Pak Jangcik memiliki Quality control yang baik untuk limbah pelepah yang bisa digunakan sebagai bahan membuat wadah makanan.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : CNN youtube Channel

Noufal memiliki misi yang jelas, yaitu mewujudkan visi Plépah. Visi Plépah adalah ingin memberikan keberkahan bagi para petani pinang di Jambi. Ia ingin menunjukkan bahwa limbah pelepah pinang yang selama ini hanya dinikmati oleh negara lain, seperti Singapura dan Malaysia, sebenarnya dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat desa tersebut.

Alhamdulillah setelah bekerjasama dengan Plépah, dampak ekonomi langsung dirasakan oleh penduduk desa Tanjung Jabung Barat. Mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari pelepah pinang sebesar Rp 750 ribu hingga 1 juta per bulannya. Barakallah… pelepah pinang menjadi sampah yang membawa berkah.

Pemberdayaan Keberlanjutan Lewat Plépah

Dalam pengelolaan wadah makanan dari limbah pelepah pinang, Rengkuh tidak hanya ingin membangun bisnis semata. Tetapi ia juga ingin memberdayakan masyarakat petani pinang. Melalui pendampingan yang komprehensif, mulai dari finansial hingga teknis produksi, Rengkuh berharap masyarakat dapat memproduksi dan memasarkan sendiri wadah makanan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, masyarakat pedesaan dapat berkontribusi langsung dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di perkotaan.

Rengkuh memastikan kegiatan pembuatan wadah makanan dari limbah pelepah pinang tidak mengganggu waktu kerja utama para petani. Para petani baru memulai proses produksi setelah menyelesaikan aktivitas bertani mereka sekitar pukul 12 siang. Rengkuh hanya menyediakan peralatan yang diperlukan untuk mencetak pelepah pinang menjadi wadah makanan. Dimana semua peralatan tersebut dikelola oleh Koperasi Mendis Maju Bersama.

Ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan oleh Rengkuh ketika melihat para petani mampu meningkatkan taraf hidup mereka melalui usaha sampingan ini. Harapannya, semakin banyak perusahaan yang terinspirasi oleh model bisnis Plépah dan turut berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat desa.

"Bagi Rengkuh, persaingan bisnis bukanlah hal utama. Fokus utamanya adalah bagaimana membantu masyarakat desa mencapai kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan"

Plépah Riset di Pabrik KST BRIN Cibinong

Plépah terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Kepercayaan dari salah satu bank di tahun 2020, telah memungkinkan Plépah membangun pabrik di Cibinong. Tepatnya di Kawasan Sains Teknologi (KST) Soekarno, kompleks Badan Riset dan Inovasi Nasional, Cibinong, Bogor, Jawa Barat

Awalnya Pabrik ini dibangun karena mobilitas Rengkuh dan Tim Plépah yang tak memungkinkan untuk pergi ke Sumatera Selatan atau Jambi disaat covid. Pabrik di Cibinong bukan hanya berfungsi sebagai pusat produksi, tetapi juga sebagai tempat pengembangan riset dan inovasi produk. Dengan adanya fasilitas yang lebih memadai, Plépah semakin mantap dalam mengembangkan produk-produk ramah lingkungan dari limbah pertanian.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : Bisnis Tekno

Untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas jangkauan pasar, Plépah menjalin kerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Fokus utama dari kerjasama ini adalah melakukan riset mendalam terhadap limbah pertanian, khususnya limbah pelepah pinang. Tujuannya untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah tersebut menjadi produk-produk yang bernilai tambah dan memiliki pasar yang luas.

Berkat dukungan fasilitas produksi yang modern dan hasil riset yang inovatif, produksi Plépah mengalami peningkatan yang sangat pesat. Dalam waktu yang relatif singkat, kapasitas produksi Plépah meningkat drastis dari 1000 menjadi 120.000 kemasan per bulan.

Pak Sukma Surya Kusuma, peneliti dari BRIN, optimis bahwa produk-produk Plépah memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang dan menembus pasar yang lebih luas. Tidak hanya sebagai wadah makanan, produk-produk dari limbah pertanian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan ekonomi dan lingkungan.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : CNN youtube Channel

Proses Pembuatan dan Marketing Produk Plépah

Agar kita dapat menikmati makanan dengan aman dan nyaman, setiap wadah makanan Plépah melalui proses produksi yang sangat ketat. Dimulai dari pencucian bersih pelepah pinang, dilanjutkan dengan pengeringan sempurna, kemudian dibentuk melalui proses pencetakan yang presisi. Tahap akhir adalah sterilisasi untuk memastikan wadah bebas dari kontaminasi. Dengan proses produksi yang cermat ini, wadah Plépah tidak hanya dapat digunakan berulang kali, tetapi juga ramah lingkungan. Bahkan, jika sudah tidak terpakai lagi, wadah ini akan terurai secara alami dalam waktu 60 hari. Untuk melihat bukti nyata dari klaim ini, Teman-teman bisa menyaksikan video pembuatan kompos dari wadah makanan Plépah  yang telah saya lampirkan dari akun Instagram resmi Plépah.



Memang sih ya, harga satuan wadah makanan Plépah ini masih tergolong premium, yakni Rp 4.500 untuk ukuran 750 ml, Rp 6.500 untuk ukuran 1.500 ml, dan Rp 7.500 untuk bento 4 kompartemen. 

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : Instagram Plépah

Namun, Dhiasyifa (Lead Marketing Plépah) optimis bahwa produk ini akan terus diminati. Menurut Dhia, saat ini orang sudah mulai banyak yang peduli akan lingkungan. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan menjadi modal utama tim marketing Plépah dalam memasarkan produk. 

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : CNN youtube channel

Pelan-pelan namun pasti, tim marketing Plépah masuk ke setiap lini bisnis untuk penjualan produk Plépah, baik secara individu melalui e-commerce atau ke pemilik usaha makanan. Salah satu rumah makan yang sudah bekerjasama dengan Plépah adalah Nasi Peda Pelangi by Nadia yang berada di daerah perkantoran SCBD, Burger Green dan Dua Kafe Bali.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
Penggunaan wadah Plépah di RM NAsi Peda Pelangi SCBD (sumber foto : CNN youtube channel)

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
Wadah makanan Plépah di RM NAsi Peda Pelangi SCBD (sumber foto : CNN youtube channel)

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
Penggunaan Plépah di Dua Kafe Bali (sumber foto : instagram Plépah) 

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
Penggunaan Plépah di Burger Green (sumber foto : instagram Plépah)


Keunggulan Wadah Makanan Pelepah Pinang

Wadah makanan dari pelepah pinang ini, bukan hanya bisa menjadi wadah biasa yang ramah lingkungan. Ada banyak keunggulan yang ditawarkan oleh Plépah untuk produk wadah makanan dari pelepah pinang tersebut. Berikut keunggulan wadah yang diklaim dapat digunakan berulang kali, tahan panas hingga 200 derajat Celcius saat dipanaskan dalam microwave, serta tahan dingin hingga minus 18 derajat Celcius jika disimpan dalam freezer.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : Instagram Plépah

Berarti wadah makanan dari Plépah ini bukan hanya sekali pakai buang, bisa digunakan berkali-kali, asalkan pelepah pinangnya masih kuat dan dirawat dengan baik.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : instagram Plépah

Jujur.. karena dorongan rasa penasaran, membuat saya memutuskan untuk mencoba beli wadah makanan dari pelepah pinang. Namun saya membeli wadah makanan dari pelepah pinang ini bukan di official store online-nya Plépah. Saya kurang paham, apakah toko online ini salah satu distributor Plépah atau bukan. Yang jelas saya hanya ingin memuaskan rasa kepo saya, seperti apa sih wadah makanan dari pelepah pinang ini?

Saat paket berisi wadah makan dari pelepah pinang tiba, saya langsung terkesima dengan ketebalannya. Jauh lebih kokoh daripada wadah styrofoam sekali pakai yang biasa saya gunakan. Bahannya terasa begitu padat dan kuat, tak gampang remuk ketika saya coba meremasnya. 

Motif alami pelepah pinang yang terukir di permukaannya memang unik. Namun, bagi sebagian orang yang sensitif, untuk tampilannya agak mengingatkan pada tekstur asli pelepah pinang yang mungkin dianggap kurang menarik. Meski begitu, keindahan alami dari wadah ini tetap tak terbantahkan.

Sesuai petunjuk penggunaan, saya mencoba mencuci wadah ini dengan kain basah setelah digunakan. Ternyata, wadah dari pelepah pinang ini cukup mudah dibersihkan dan bisa digunakan kembali seperti piring biasa. Ketahanannya terhadap air dan minyak membuat saya semakin yakin dengan kualitasnya. 

Karena tidak memiliki microwave, saya memutuskan untuk menguji ketahanan wadah makan ini hanya di lemari es. Baik di bagian chiller maupun freezer, makanan tetap terjaga kesegarannya. Namun, perlu diingat agar wadah tidak dalam keadaan basah sebelum dimasukkan ke freezer, karena akan menyulitkan saat dikeluarkan dan merusak wadah tersebut. 

Produk wadah makanan dengan pelepah pinang ini adalah investasi jangka panjang yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga memberikan kepuasan tersendiri saat digunakan.

Kualitas barang wadah makanan dari pelepah pinang ini saya acungi jempol ya. Saya yakin bahwa produk ini layak untuk menjadi pilihan utama. Seperti yang diharapkan Rengkuh, semoga semakin banyak orang yang beralih menggunakan wadah ini sehingga kita dapat mengurangi sampah plastik dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru
sumber foto : dokumen pribadi


SATU Indonesia Awards Astra

Tak heran jika perjuangan panjang Rengkuh Banyu Mahandaru ini mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Awards. Sebuah ajang yang digagas oleh PT Astra Internasional, menjadi bukti nyata bahwa inisiatif ini selaras dengan semangat keberlanjutan dan inovasi yang terus digaungkan oleh perusahaan. Penghargaan ini juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk turut berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru

Mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Awards merupakan suatu kehormatan yang sangat berarti. Persaingan di ajang ini sangat ketat, mengingat banyaknya peserta yang memiliki ide-ide kreatif, inovatif, dan berdampak positif bagi masyarakat serta lingkungan.

Jurinya pun bukan sembarang orang. Astra mengajak orang-orang yang berkompeten dibidang-bidang masing-masing seperti para juri di 15th SATU Indonesia Awards 2024 ini, yaitu :

  • Prof. Nila Moeloek (Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
  • Prof. Emil Salim (Dosen Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia)
  • Prof. Fasli Jalal (Rektor Universitas YARSI dan Guru Besar Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta)
  • Ir. Tri Mumpuni (Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan)
  • Onno W. Purbo Ph.D. (Pakar Teknologi Informasi)
  • Arif Zulkifli (Direktur Utama Tempo)
  • Dian Sastrowardoyo (Pegiat Seni)
  • Billy Boen (Founder Young On Top)
  • Boy Kelana Soebroto (Head of Corporate Communications Astra)
  • Diah Suran Febrianti (Head of Environment & Social Responsibility Astra)
  • Juri Tamu, Raline Shah (Pegiat Seni)

Rengkuh pun mendapatkan apresiasi tersebut juga tidak instan. Rengkuh mendaftarkan keikutsertaannya dalam lomba SATU Indonesia Awards sejak tahun 2018. Alhamdulillah apresiasinya baru ia dapat di tahun 2023 dalam kategori kelompok untuk semua bidang.

Semangatnya untuk memberdayakan masyarakat melalui produk ramah lingkungan tak pernah padam. Kini, produk kemasan makanan berbahan pelepah pinang besutannya, telah berhasil menembus pasar internasional. Jepang, Jerman, dan beberapa kota di Australia menjadi tujuan ekspor pertamanya. Sebuah prestasi membanggakan yang menunjukkan bahwa produk lokal Indonesia mampu bersaing di kancah global.

Plépah Rengkuh Banyu Mahandaru

Pembuktian Rengkuh Banyu Mahandaru dan Tim Plépah membuahkan hasil positif. Bukan hanya sebagai pembuka jalan bagi pengembangan ekonomi hijau di Indonesia. Tapi juga menginspirasi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan turut serta dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Selamat kepada Rengkuh Banyu Mahandaru dan tim Plépah, semoga akan banyak lagi bermunculan Rengkuh-Rengkuh muda dalam memberikan karya inovatif dan berkelanjutan seperti yang dilakukan Rengkuh bersama Tim Plépah.

#KitaSATUIndonesia 
#LFAAPA2024BISNIS
#BersamaBerkaryaBerkelanjutan


Referensi :
  • Inswa.Or.Id – Fenomena Sampah Plastik Di Indonesia
  • CNN Indonesia Youtube Channel – Peluang Berkah Dari Limbah Pelepah
  • Instagram Plépah
  • Website Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN)
  • Finance Detik.Com - Pria Ini Bikin Warga Tambah Cuan Lewat Kemasan Dari Pelepah Pinang
  • Bisnis Tekno - Asa dari Seikat Pelepah untuk Masa Depan Bebas Sampah

Wassalam


25 comments

  1. Selalu kagum ya Ummi sama mereka yang kreatif dan inovatif, bisa jeli melihat peluang menjadi uang, bisa bermanfaat ga untuk diriny bahkan buat lingkungan. Plepah ini kok ya kefikiran gitu ya :D keren

    ReplyDelete
  2. Wah inovasi berkelanjutan banget ini sih. Dari sampah jadi sampah, ternyata menghasilkan cuan dan ekosistem tetep terjaga. Btw, wadah Plepah ini bisa dicuci atau nggak buat pemakaian berkali-kali?

    ReplyDelete
  3. Kalau dapat digunakan berulang kali berarti bisa dicuci atau cukup dilap aja. Pengen juga deh saya beli produk ini. Saya cek di e-commerce deh nanti.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa 22nya tapi jangan terlalu di gesrek yaa.. Apa ya bahasa yg tepat. Ditekan.. Jangan terlalu ditekan pas cuci. Trus segera lap kering lalu jemur sampai bener2 kering. Kalau mau aman ya lap basah aja cukup.

      Delete
  4. Keren sekali memang idenya Plepah ini yah, jadi kemasan makanan bisa lebih ramah lingkungan. Semoga nanti harganya bisa lebih terjangkau supaya semakin banyak bisnis makanan yang menggunakan Plepah yaah

    ReplyDelete
  5. Suka sama bentuknya, tapi belum pernah liat langsung, saya coba CO deh nanti. Moga aja banyak muncul plepah plepah baru yang menfasilitasi daur ulang samah menjadi komiditas baru.

    ReplyDelete
  6. Pengin nyoba juga wadah dsri pelrpah pinang ini. Karena tiap hari memang butuh wadah untuk bekal. Ramah lingkungan dan mengurangi limbah plastik. Terima kasih sharingnya kak.

    ReplyDelete
  7. Kadang kita nggak kepikiran sama sekali ya kalau sampah plepah bisa diberdayakan dan jadi produk yang unik dan ramah lingkungan. Sukses selalu Rengkuh

    ReplyDelete
  8. Bagus langkah plepah ini, karena bisa meminimalisir penggunaan tempat makan sekali pakai atau styrofoam. Tinggal si orangnya juga, apakah masih belanja makanan pakai styro atau nggak.

    ReplyDelete
  9. ini rasanya molly pernah beli di pameran umkm. bentuknya kayak gini juga tapi yang kecil, harganya sepuluh ribu. jadi wadahnya bisa kita gunakan kembali ya..

    ReplyDelete
  10. Inovasi Rengkuh Banyu lulusan prodi desain produk ITB ini memang patut diteladani. Gagasannya menciptakan wadah makanan dari plepah tentu bisa mengurangi limbah plastik dan ramah lingkungan. Oh, bagus banget ya ternyata setelah digunakan, wadah bisa dicuci nanti mengeras lagi. Mantap!

    ReplyDelete
  11. Ini ortunya Rengkuh keren banget kasih nama anaknya bagus sekali, Rengkuh Banyu Mahandaru...
    Btw, aku pernah dapat makanan dengan kemasan Plepah saat acara di kantor suami..dan baru tahu belakangan siapa pencetus ide luar biasa ini.
    Sebuah solusi inovatif dengan memanfaatkan sampah berupa limbah pelepah pinang jadi kemasan damah lingkungan...salut pada Rengkuh dan tomnya

    ReplyDelete
  12. Keren Rengkuh Banyu Mahandaru yang rela keluar kerja bersama dua temannya mendirikan Plepah. Namun mereka layak mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Award karena perjuangan sejak awal mendirikan Plepah dan membangunnya dengan banyak rintangan

    ReplyDelete
  13. Salut banget ya dengan kiprahnya Rengkuh Banyu ini menghadirkan Plepah sebagai produk inovasi yang lebih ramah lingkungan menjadi piring, mangkok dan juga kontainer makanan. Produk ini banyak dipakai masyarakat soalnya.

    ReplyDelete
  14. Suka banget deh ketika mba membiasakan membekali anak dengan makanan. Salah satu upaya mengurangi limbah plastik ya. Keren lho, langkah nyata dalam peduli lingkungan & bumi.

    Nah, iya mas Rengkuh Banyu dengan sepak terjangnya menciptakan inovasi Plepah pun beneran bikin takjub. Semoga saja kisah inspiratif nya viral dan makin banyak orang tau terkait kemasan plepah. Makin laris di pasaran supaya penggunaan plastik kian berkurang.

    ReplyDelete
  15. Keren banget deh inovasi Banyu ini, memanfaatkan pelepah pohon yang berserakan dan dimanfaatkan jadi barang bernilai guna dan ramah lingkungan, kemasannya juga nyeni banget..

    ReplyDelete
  16. Wow jadi wadah makan premium ya Ummi. Ini biasanya incaran rumah tangga, untuk kirim2 hampers makanan matang. Bisa juga resto atau catering premium. Moga marketingnya makin meluas ya.

    ReplyDelete
  17. tempo hari aku juga pernah lihat di yutub cara membuat plepah pinang menjadi piring gitu mba, keren banget idenya. cuma yang di yutub itu kurang estetik bentuk piringnya, tapi kalau plepah ini looknya keren dan estetik serta terkesan premium ya

    ReplyDelete
  18. Semoga semakin banyak orang yang mau berinovasi kayak Pak Rengkuh, sehingga bumi ini terselamatkan.

    ReplyDelete
  19. Kalau anakku nih demen banget bawa bekel, emaknya yang rada males, astaga wkwkw. Iya nih, cakep banget ya idenya itu dari pelepah, estetik dan berkelanjutan

    ReplyDelete
  20. salah satu inovasi yang out of the box dan juga keren :D

    ReplyDelete
  21. bagus banget ya inovasi-nya bisa jadi wadah makanan dan itu diproduksi yang ramah lingkungan, salut deh anak dari Sumatera. Semoga plepah yang diolah bisa makin bermanfaat

    ReplyDelete
  22. Idenya brilian banget. Aku sih berharap inovasi begini dapat sambutan baik dari berbagai pihak biar bisa terwujud secara masif dan kita bisa mulai hidup ramah lingkungan.

    ReplyDelete
  23. Solusi keren atasi masalah sampah dari sampah itu sendiri yg dimanfaatkan untuk dijadikan barang yang ramah lingkungan.

    ReplyDelete
  24. Makin ke sini makin banyak sampah kemasan sekali pakai, soalnya booth2 jajanan dan tempat makan makin banyak. Bahkan di dekat rumah ada cafe yang alat makanya semua sekali pakai. Praktis tapi sampahnya luar biasa ya. dan yang dari plastik serta styrofoam susah terurai. Kalau dari bahan plepah pinang ini ramah lingkungan.

    ReplyDelete

Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya unknown langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^