Pukul 04.00 pagi, setiap harinya, saya sudah sibuk berjibaku di dapur. Bunyi seruling panci kukus berpadu dengan chopper pisau diatas talenan. Ya, saya sudah mulai sibuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk Adek Fi dan Pak Suami.
Bakpao isi coklat adalah menu wajib untuk bekal Adek Fi. Adek Fi memang tidak suka bawa nasi, jadi saya selalu mengakalinya dengan bakpao atau roti. Makan menu lengkap biasanya saat sarapan sebelum berangkat dan makan siang sepulang Adek Fi dari sekolah. Kalau Pak Suami sudah pasti yaa nasi lengkap dengan lauk, sayur dan buah.
Saya memang membiasakan hal itu sejak dari Abangnya kecil. Membawa bekal bukan sekedar untuk berhemat, tapi juga mengurangi sampah plastik. Hubungannya apa? Sudah jelas yaa, kalau anak-anak senang jajan diluar, selain tidak sehat, otomatis mereka ikut menyumbang sampah yang susah terurai oleh bumi. Apalagi kalau bukan plastik dan styrofoam.
Ya, hampir sebagian besar makanan atau jajanan yang kita temui sehari-hari terbuat dari plastik. Penggunaan plastik sebagai kemasan memang praktis dan murah, namun dampak buruknya bagi lingkungan sudah tidak bisa kita abaikan lagi. Timbunan sampah plastik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup makhluk hidup lainnya.
Popularitas plastik semakin besar sejak abad ke-20. Penggunaan plastik yang semula hanya skala kecil, kini telah masuk ke kehidupan modern, bahkan menjadi lifestyle. Bagaimana tidak, plastik yang semula diproduksi ratusan juta pada tahun 1930 melonjak drastis hingga 150 juta ton per tahun di tahun 1990-an.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, Indonesia menghasilkan sekitar 38,3 juta ton sampah per tahun. Dari jumlah tersebut, 19,18% atau setara dengan 5,75 juta ton adalah sampah plastik. Sesuai data tercantum, Plastik urutan kedua masalah sampah di Indonesia setelah sampah sisa makanan. Angka ini sangat mengkhawatirkan mengingat plastik membutuhkan waktu hingga 400 tahun untuk terurai.
Baca juga : Cara Mengolah Sampah Makan di Rumah
Bakpao isi coklat adalah menu wajib untuk bekal Adek Fi. Adek Fi memang tidak suka bawa nasi, jadi saya selalu mengakalinya dengan bakpao atau roti. Makan menu lengkap biasanya saat sarapan sebelum berangkat dan makan siang sepulang Adek Fi dari sekolah. Kalau Pak Suami sudah pasti yaa nasi lengkap dengan lauk, sayur dan buah.
Saya memang membiasakan hal itu sejak dari Abangnya kecil. Membawa bekal bukan sekedar untuk berhemat, tapi juga mengurangi sampah plastik. Hubungannya apa? Sudah jelas yaa, kalau anak-anak senang jajan diluar, selain tidak sehat, otomatis mereka ikut menyumbang sampah yang susah terurai oleh bumi. Apalagi kalau bukan plastik dan styrofoam.
Ya, hampir sebagian besar makanan atau jajanan yang kita temui sehari-hari terbuat dari plastik. Penggunaan plastik sebagai kemasan memang praktis dan murah, namun dampak buruknya bagi lingkungan sudah tidak bisa kita abaikan lagi. Timbunan sampah plastik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup makhluk hidup lainnya.
Popularitas plastik semakin besar sejak abad ke-20. Penggunaan plastik yang semula hanya skala kecil, kini telah masuk ke kehidupan modern, bahkan menjadi lifestyle. Bagaimana tidak, plastik yang semula diproduksi ratusan juta pada tahun 1930 melonjak drastis hingga 150 juta ton per tahun di tahun 1990-an.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, Indonesia menghasilkan sekitar 38,3 juta ton sampah per tahun. Dari jumlah tersebut, 19,18% atau setara dengan 5,75 juta ton adalah sampah plastik. Sesuai data tercantum, Plastik urutan kedua masalah sampah di Indonesia setelah sampah sisa makanan. Angka ini sangat mengkhawatirkan mengingat plastik membutuhkan waktu hingga 400 tahun untuk terurai.
sumber foto : Capture form website SIPSN |
Baca juga : Cara Mengolah Sampah Makan di Rumah
sumber foto : Capture form website SIPSN |
Coba deh kita bayangkan, jika kita tidak segera mencari solusinya, maka jutaan ton sampah plastik akan terus menumpuk dan menjadi beban bagi generasi mendatang. Memang untuk saat ini kita tidak bisa menghilangkan sampah plastik, namun kita bisa berkontribusi mengurangi sampah plastik, hingga nantinya plastik sudah tidak digunakan lagi dan digantikan oleh bahan lain yang mempunyai fungsi dan kekuatan yang sama dengan plastik. Seperti yang dilakukan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, co-Founder dan CEO Plépah.
sumber foto : SWA.co.id |
Solusi Mengatasi Sampah dengan Sampah
Membaca profil Rengkuh Banyu Mahandaru, saya baru sadar, ternyata tak semua sampah itu bermasalah, ada beberapa sampah yang bisa digunakan untuk membantu mengurangi masalah sampah yang susah terurai oleh bumi. Sulitnya terurai dan bahaya bagi lingkungan, membuat banyak orang berusaha mencari alternatif-alternatif lain yang bisa lebih ramah terhadap lingkungan.Rengkuh Banyu Mahandaru menawarkan solusi inovatif dengan memanfaatkan sampah berupa limbah pelepah pinang. Beliau berhasil mengolah limbah pelepah pinang tersebut menjadi wadah makanan yang ramah lingkungan.
Melalui perusahaan rintisan yang ia bentuk, bernama Plepah Indonesia, Rengkuh melibatkan petani pinang hingga masyarakat umum untuk memproduksi wadah makanan ramah lingkungan. Di mana fokus utama Rengkuh menggantikan kemasan makanan styrofoam atau plastik.
sumber foto : kompas.id |
Plépah Sumatera Selatan dan Ekonomi Berkelanjutan
Pada tahun 2018, Rengkuh Banyu mulai melakukan pemetaan untuk mencari daerah dengan potensi produksi pelepah pinang yang melimpah. Menurut data Dirjen Perkebunan (Kementerian Pertanian Indonesia), Kebun pinang di Indonesia tersebar luas di berbagai wilayah, dengan total luas mencapai kurang lebih 147.890 hektar. Pulau Sumatera 42,388 ha, Nusa Tenggara/Bali 42.388 ha, Kalimantan luas 4,475 ha, Sulawesi 2.407 ha, dan Maluku/Papua 1.428 ha.Dari data tersebutlah, Rengkuh Banyu Mahandaru, berfokus untuk meninjau perkebunan pinang di pulau Sumatera, sebagai pulau yang memiliki perkebunan pinang terluas di Indonesia. Dalam memulai usahanya Rengkuh memutuskan untuk melibatkan petani pinang di Sumatera Selatan.
Awalnya, Plépah menjalin kerja sama dengan banyak pihak, termasuk organisasi non-pemerintah (NGO) yang fokus pada konservasi hutan. Hal ini dikarenakan konsep Plépah yang berbasis komunitas, melibatkan pemberdayaan desa dan masyarakat
Hingga akhirnya di Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir Munyi, Banyuasin, Sumatera Selatan, Rengkuh bertemu dengan Pak Supriyanto ketua Koperasi Mendis Maju Bersama. Bersama Pak Supri, Rengkuh mengajak masyarakat mengolah limbah pelepah pinang sebagai pendapatan ekonomi alternatif, untuk membuat eco friendly food packaging dan foodwares. Sebuah produksi tanpa mengganggu keberlangsungan hutan konservatif, namun tetap produktif untuk masyarakat sekitar.
sumber foto : CNN youtube Channel |
Sejak itulah, produksi pelepah pinang menjadi wadah makanan makin meningkat. Rengkuh, Pak Supri dan Tim Plépah bekerjasama dengan masyarakat desa mampu memproduksi hingga 50.000 wadah makanan dalam sebulan.
Tantangan Plépah : Berinovasi atau Mati
Apakah perjuangan Rengkuh dan Tim Plépah berjalan mulus? Oo tentu tidak, untuk mencapai keberhasilan pastinya akan mengalami pasang surut usaha. Seperti yang dirasakan Rengkuh dan Pak Supri.Disaat wabah covid melanda, tahun 2020-2021, adalah salah satu tantangan terberat bagi Plépah. Menurut cerita Pak Supri, produksi Plépah sempat berhenti saat itu. Pak Supri dan tim Plépah hampir putus asa, karena dana sudah keluar banyak untuk produksi, tapi tidak jalan karena wabah. Namun mereka tetap berusaha dan terus belajar cara memasarkan produk, hingga tahun ini produksi wadah makanan Plépah masih terus bertahan.
Tantangan berat lainnya bagi tim Plépah, adalah membangun rantai pasok (Block Chains) dengan meyakinkan para petani pinang bahwa limbah agrikultur pelepah pinang bisa memiliki nilai jual.
Harapan Rengkuh bersama Plépah adalah membuat Desa Mendis sebagai contoh Desa yang bisa mengelola limbah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar desa. Bukan cuma bermanfaat bagi penduduk desa, tapi menjadi produk yang mempunyai nilai jual. Produk yang bisa dirasakan manfaatnya ke seluruh desa-desa di Indonesia, tanpa harus merusak lingkungan. Produk yang bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, tapi juga berkontribusi pada perbaikan lingkungan global.
Harapan Rengkuh bersama Plépah adalah membuat Desa Mendis sebagai contoh Desa yang bisa mengelola limbah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar desa. Bukan cuma bermanfaat bagi penduduk desa, tapi menjadi produk yang mempunyai nilai jual. Produk yang bisa dirasakan manfaatnya ke seluruh desa-desa di Indonesia, tanpa harus merusak lingkungan. Produk yang bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, tapi juga berkontribusi pada perbaikan lingkungan global.
Plépah Jambi Menjalankan Visi Startup
Dalam menjalankan ide kreatifnya, Rengkuh tidak sendiri. Beliau mendaulat Achmad Noufal untuk memperluas area produksi dengan mencari lokasi kebun pinang lainnya. Tentunya yang berpeluang untuk produksi wadah makanan dari pelepah pinang. Lokasi kedua yang dipilih Rengkuh dan Tim Plépah adalah di Jambi. Karena selain mempunya luas kebun pinang yang besar, ada kisah historikal dari propinsi Jambi tersebut, yaitu nama Jambi berasal dari kata Jambe yang berarti "Pinang".Jika di Sumatera Selatan Plépah telah memulai langkahnya, maka di Jambi tantangan Plépah berbeda lagi. Provinsi Jambi, dengan luas perkebunan pinang mencapai 22.000 hektar, menjadi fokus berikutnya bagi Tim Plépah. Khususnya di Desa Teluk Kulbi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi
Achmad Noufal (Material Supply Chain Mapper Manager Plépah) bersama Tim Plépah lainnya, mengelola lahan pinang yang berlokasi di Jambi. Disana Naufal menghadapi tugas yang tidak mudah. Ia harus datang ke 13 desa untuk meyakinkan para petani tentang nilai jual pelepah pinang, seperti halnya di Sumatera Selatan.
Achmad Noufal (Material Supply Chain Mapper Manager Plépah) bersama Tim Plépah lainnya, mengelola lahan pinang yang berlokasi di Jambi. Disana Naufal menghadapi tugas yang tidak mudah. Ia harus datang ke 13 desa untuk meyakinkan para petani tentang nilai jual pelepah pinang, seperti halnya di Sumatera Selatan.
sumber foto : CNN youtube Channel |
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Noufal dalam menjalankan proyek Plépah di Jambi adalah masalah kepercayaan. Petani pinang di wilayah ini seringkali skeptis terhadap inisiatif baru, terutama setelah mengalami pengalaman buruk ditipu oleh pihak lain.
Para petani khawatir, jika mereka sudah mengumpulkan limbah pelepah pinang, mereka akan kembali ditinggalkan begitu saja. Untuk mengatasi hal ini, Noufal menerapkan pendekatan yang berbeda. Ia berusaha langsung menjemput limbah pelepah yang telah terkumpul dan melakukan transaksi pembayaran di tempat. Langkah ini terbukti efektif dalam membangun kepercayaan petani terhadap tim Plépah
Di Jambi Noufal memberikan kepercayaan kepada Pak Jangcik, sebagai koordinator pengepul limbah pelepah pinang. Naufal merasa sangat terbantu, karena Pak Jangcik memiliki Quality control yang baik untuk limbah pelepah yang bisa digunakan sebagai bahan membuat wadah makanan.
sumber foto : CNN youtube Channel |
Noufal memiliki misi yang jelas, yaitu mewujudkan visi Plépah. Visi Plépah adalah ingin memberikan keberkahkahan bagi para petani pinang di Jambi. Ia ingin menunjukkan bahwa limbah pelepah pinang yang selama ini hanya dinikmati oleh negara lain, seperti Singapura dan Malaysia, sebenarnya dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat desa tersebut.
Alhamdulillah setelah bekerjasama dengan Plépah, dampak ekonomi langsung dirasakan oleh penduduk desa Tanjung Jabung Barat. Mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari pelepah pinang sebesar Rp 750 ribu hingga 1 juta per bulannya. Barakallah… pelepah pinang membawa berkah.
Pemberdayaan Keberlanjutan Lewat Plépah
Dalam pengelolaan wadah makanan dari limbah pelepah pinang, Rengkuh tidak hanya ingin membangun bisnis semata. Tetapi ia juga ingin memberdayakan masyarakat petani pinang. Melalui pendampingan yang komprehensif, mulai dari finansial hingga teknis produksi, Rengkuh berharap masyarakat dapat memproduksi dan memasarkan sendiri wadah makanan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, masyarakat pedesaan dapat berkontribusi langsung dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di perkotaan.Rengkuh memastikan kegiatan pembuatan wadah makanan dari limbah pelepah pinang tidak mengganggu waktu kerja utama para petani. Para petani baru memulai proses produksi setelah menyelesaikan aktivitas bertani mereka sekitar pukul 12 siang. Rengkuh hanya menyediakan peralatan yang diperlukan untuk mencetak pelepah pinang menjadi wadah makanan. Dimana semua peralatan tersebut dikelola oleh Koperasi Mendis Maju Bersama.
Ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan oleh Rengkuh ketika melihat para petani mampu meningkatkan taraf hidup mereka melalui usaha sampingan ini. Harapannya, semakin banyak perusahaan yang terinspirasi oleh model bisnis Plépah dan turut berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat desa.
"Bagi Rengkuh, persaingan bisnis bukanlah hal utama. Fokus utamanya adalah bagaimana membantu masyarakat desa mencapai kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan"
Plépah Riset di Pabrik KST BRIN Cibinong
Plépah terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Kepercayaan dari salah satu bank di tahun 2020, telah memungkinkan Plépah membangun pabrik di Cibinong. Tepatnya di Kawasan Sains Teknologi (KST) Soekarno, kompleks Badan Riset dan Inovasi Nasional, Cibinong, Bogor, Jawa BaratAwalnya Pabrik ini dibangun karena mobilitas Rengkuh dan Tim Plépah yang tak memungkinkan untuk pergi ke Sumatera Selatan atau Jambi disaat covid. Pabrik di Cibinong bukan hanya berfungsi sebagai pusat produksi, tetapi juga sebagai tempat pengembangan riset dan inovasi produk. Dengan adanya fasilitas yang lebih memadai, Plépah semakin mantap dalam mengembangkan produk-produk ramah lingkungan dari limbah pertanian.
sumber foto : Bisnis Tekno |
Untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas jangkauan pasar, Plépah menjalin kerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Fokus utama dari kerjasama ini adalah melakukan riset mendalam terhadap limbah pertanian, khususnya limbah pelepah pinang. Tujuannya untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah tersebut menjadi produk-produk yang bernilai tambah dan memiliki pasar yang luas.
Berkat dukungan fasilitas produksi yang modern dan hasil riset yang inovatif, produksi Plépah mengalami peningkatan yang sangat pesat. Dalam waktu yang relatif singkat, kapasitas produksi Plépah meningkat drastis dari 1000 menjadi 120.000 kemasan per bulan.
Pak Sukma Surya Kusuma, peneliti dari BRIN, optimis bahwa produk-produk Plépah memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang dan menembus pasar yang lebih luas. Tidak hanya sebagai wadah makanan, produk-produk dari limbah pertanian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan ekonomi dan lingkungan.
sumber foto : CNN youtube Channel |
Proses Pembuatan dan Marketing Produk Plépah
Agar kita dapat menikmati makanan dengan aman dan nyaman, setiap wadah makanan Plépah melalui proses produksi yang sangat ketat. Dimulai dari pencucian bersih pelepah pinang, dilanjutkan dengan pengeringan sempurna, kemudian dibentuk melalui proses pencetakan yang presisi. Tahap akhir adalah sterilisasi untuk memastikan wadah bebas dari kontaminasi. Dengan proses produksi yang cermat ini, wadah Plépah tidak hanya dapat digunakan berulang kali, tetapi juga ramah lingkungan. Bahkan, jika sudah tidak terpakai lagi, wadah ini akan terurai secara alami dalam waktu 60 hari. Untuk melihat bukti nyata dari klaim ini, Teman-teman bisa menyaksikan video pembuatan kompos dari wadah makanan Plépah yang telah saya lampirkan dari akun Instagram resmi Plépah.Memang sih ya, harga satuan wadah makanan Plépah ini masih tergolong premium, yakni Rp 4.500 untuk ukuran 750 ml, Rp 6.500 untuk ukuran 1.500 ml, dan Rp 7.500 untuk bento 4 kompartemen.
Namun, Dhiasyifa (Lead Marketing Plépah) optimis bahwa produk ini akan terus diminati. Menurut Dhia, saat ini orang sudah mulai banyak yang peduli akan lingkungan. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan menjadi modal utama tim marketing Plépah dalam memasarkan produk.
sumber foto : CNN youtube channel |
Pelan-pelan namun pasti, tim marketing Plépah masuk ke setiap lini bisnis untuk penjualan produk Plépah, baik secara individu melalui e-commerce atau ke pemilik usaha makanan. Salah satu rumah makan yang sudah bekerjasama dengan Plépah adalah Nasi Peda Pelangi by Nadia yang berada di daerah perkantoran SCBD, Burger Green dan Dua Kafe Bali.
Penggunaan wadah Plépah di RM NAsi Peda Pelangi SCBD (sumber foto : CNN youtube channel) |
Wadah makanan Plépah di RM NAsi Peda Pelangi SCBD (sumber foto : CNN youtube channel) |
Penggunaan Plépah di Dua Kafe Bali (sumber foto : instagram Plépah) |
Penggunaan Plépah di Burger Green (sumber foto : instagram Plépah) |
Keunggulan Wadah Makanan Pelepah Pinang
Wadah makanan dari pelepah pinang ini, bukan hanya bisa menjadi wadah biasa yang ramah lingkungan. Ada banyak keunggulan yang ditawarkan oleh Plépah untuk produk wadah makanan dari pelepah pinang tersebut. Berikut keunggulan wadah yang diklaim dapat digunakan berulang kali, tahan panas hingga 200 derajat Celcius saat dipanaskan dalam microwave, serta tahan dingin hingga minus 18 derajat Celcius jika disimpan dalam freezer.sumber foto : Instagram Plépah |
sumber foto : instagram Plépah |
sumber foto : dokumen pribadi |
SATU Indonesia Awards Astra
Mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Awards merupakan suatu kehormatan yang sangat berarti. Persaingan di ajang ini sangat ketat, mengingat banyaknya peserta yang memiliki ide-ide kreatif, inovatif, dan berdampak positif bagi masyarakat serta lingkungan.
- Prof. Nila Moeloek (Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
- Prof. Emil Salim (Dosen Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia)
- Prof. Fasli Jalal (Rektor Universitas YARSI dan Guru Besar Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta)
- Ir. Tri Mumpuni (Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan)
- Onno W. Purbo Ph.D. (Pakar Teknologi Informasi)
- Arif Zulkifli (Direktur Utama Tempo)
- Dian Sastrowardoyo (Pegiat Seni)
- Billy Boen (Founder Young On Top)
- Boy Kelana Soebroto (Head of Corporate Communications Astra)
- Diah Suran Febrianti (Head of Environment & Social Responsibility Astra)
- Juri Tamu, Raline Shah (Pegiat Seni)
Rengkuh pun mendapatkan apresiasi tersebut juga tidak instan. Rengkuh mendaftarkan keikutsertaannya dalam lomba SATU Indonesia Awards sejak tahun 2018. Alhamdulillah apresiasinya baru ia dapat di tahun 2023 dalam kategori kelompok untuk semua bidang.
Semangatnya untuk memberdayakan masyarakat melalui produk ramah lingkungan tak pernah padam. Kini, produk kemasan makanan berbahan pelepah pinang besutannya, telah berhasil menembus pasar internasional. Jepang, Jerman, dan beberapa kota di Australia menjadi tujuan ekspor pertamanya. Sebuah prestasi membanggakan yang menunjukkan bahwa produk lokal Indonesia mampu bersaing di kancah global.
Selamat kepada Rengkuh Banyu Mahandaru dan tim Plépah, semoga akan banyak lagi bermunculan Rengkuh-Rengkuh muda dalam memberikan karya inovatif dan berkelanjutan seperti yang dilakukan Rengkuh bersama Tim Plépah.
#KitaSATUIndonesia
Pembuktian Rengkuh Banyu Mahandaru dan Tim Plépah membuahkan hasil positif. Bukan hanya sebagai pembuka jalan bagi pengembangan ekonomi hijau di Indonesia. Tapi juga menginspirasi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan turut serta dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Selamat kepada Rengkuh Banyu Mahandaru dan tim Plépah, semoga akan banyak lagi bermunculan Rengkuh-Rengkuh muda dalam memberikan karya inovatif dan berkelanjutan seperti yang dilakukan Rengkuh bersama Tim Plépah.
#KitaSATUIndonesia
#LFAAPA2024BISNIS
#BersamaBerkaryaBerkelanjutan
Referensi :
Inswa.Or.Id – Fenomena Sampah Plastik Di Indonesia
CNN Indonesia Youtube Channel – Peluang Berkah Dari Limbah Pelepah
Instagram Plépah
Website Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN)
Finance Detik.Com - Pria Ini Bikin Warga Tambah Cuan Lewat Kemasan Dari Pelepah Pinang
Bisnis Tekno - Asa dari Seikat Pelepah untuk Masa Depan Bebas Sampah
Referensi :
Inswa.Or.Id – Fenomena Sampah Plastik Di Indonesia
CNN Indonesia Youtube Channel – Peluang Berkah Dari Limbah Pelepah
Instagram Plépah
Website Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN)
Finance Detik.Com - Pria Ini Bikin Warga Tambah Cuan Lewat Kemasan Dari Pelepah Pinang
Bisnis Tekno - Asa dari Seikat Pelepah untuk Masa Depan Bebas Sampah
Wassalam
Selalu kagum ya Ummi sama mereka yang kreatif dan inovatif, bisa jeli melihat peluang menjadi uang, bisa bermanfaat ga untuk diriny bahkan buat lingkungan. Plepah ini kok ya kefikiran gitu ya :D keren
ReplyDeleteWah inovasi berkelanjutan banget ini sih. Dari sampah jadi sampah, ternyata menghasilkan cuan dan ekosistem tetep terjaga. Btw, wadah Plepah ini bisa dicuci atau nggak buat pemakaian berkali-kali?
ReplyDeleteBukan dr sampah jadi sampah, ras. Tapi mengatasi solusi sampah dengan sampah.. Xixixi..
DeleteIni bisa dipakai berulang, ras. Kmrn ade coba cuci dengan sabun cuci piring. Segera dilap kering lalu dijemur. Dan dia mengeras lagi.
Kalau dapat digunakan berulang kali berarti bisa dicuci atau cukup dilap aja. Pengen juga deh saya beli produk ini. Saya cek di e-commerce deh nanti.
ReplyDeleteBisa 22nya tapi jangan terlalu di gesrek yaa.. Apa ya bahasa yg tepat. Ditekan.. Jangan terlalu ditekan pas cuci. Trus segera lap kering lalu jemur sampai bener2 kering. Kalau mau aman ya lap basah aja cukup.
DeleteKeren sekali memang idenya Plepah ini yah, jadi kemasan makanan bisa lebih ramah lingkungan. Semoga nanti harganya bisa lebih terjangkau supaya semakin banyak bisnis makanan yang menggunakan Plepah yaah
ReplyDeleteSuka sama bentuknya, tapi belum pernah liat langsung, saya coba CO deh nanti. Moga aja banyak muncul plepah plepah baru yang menfasilitasi daur ulang samah menjadi komiditas baru.
ReplyDeletePengin nyoba juga wadah dsri pelrpah pinang ini. Karena tiap hari memang butuh wadah untuk bekal. Ramah lingkungan dan mengurangi limbah plastik. Terima kasih sharingnya kak.
ReplyDeleteKadang kita nggak kepikiran sama sekali ya kalau sampah plepah bisa diberdayakan dan jadi produk yang unik dan ramah lingkungan. Sukses selalu Rengkuh
ReplyDeleteBagus langkah plepah ini, karena bisa meminimalisir penggunaan tempat makan sekali pakai atau styrofoam. Tinggal si orangnya juga, apakah masih belanja makanan pakai styro atau nggak.
ReplyDelete