Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum w.w.
Di era sekarang ini banyak sekali kita temui anak-anak yang memiliki konsentrasi belajar yang rendah. Abang Fi termasuk salah satu diantaranya.
Saya ingat betul, bagaimana kecewanya saya saat mengetahui bahwa anak saya rendah konsentrasi dalam belajar. Sehingga ia dinyatakan tidak lulus untuk masuk ke salah satu SDIT di Depok. SDIT tersebut memang menggunakan test masuk hanya dengan test psikologi.
Yang membuat saya kecewa, orang lain beranggapan anak saya bodoh karena tidak lulus test. Anak yang rendah konsentrasi dalam belajar bukan berarti anak yang bodoh. Itu terbukti hasil test akademik di 2 sekolah dasar lainnya memberikan angka 90 untuk Abang Fi. Tapi memang hasil test psikologinya Abang Fi dinyatakan rendah konsentrasi, sehingga kurang fokus.
Bersyukur Abang Fi diterima di SDIT yang memberi kesempatan bagi anak yang memiliki masalah seperti Abang Fi. Saya ingat betul bagaimana bu guru yang memberikan hasil test tersebut mengatakan, “Bu, kita tidak bisa menjudge anak bodoh hanya dalam 1 hari test psikologi saja. Bisa jadi Ananda (Abang Fi) konsentrasi rendah karena dia stress atau grogi saat menghadapi ujian. Anak ibu nilai akademiknya bagus, berarti masih bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Yang terpenting, di rumah ibu membantu melatih konsentrasi anak Ibu. Biar kita bekerja sama mendidik ananda.”
Ya Allah, kalimat itu membesarkan hati saya yang down saat itu. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu alasan saya resign menjadi guru. Saya mau fokus melatih konsentrasi belajar anak saya.
Saya langsung cari tau psikolog yang memberi test Abang Fi saat itu. Saya menanyakan kegiatan apa yang harus saya lakukan terhadap anak saya. Psikolog yang memberi hasil test psikotes fikri menyatakan bahwa salah satu terapi agar anak fokus adalah dengan mewarnai. Hmm..