Ebith Beat A.

Friday, August 6, 2010


Bismillahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr. wb.

Kemarin hari Rabu (4 Agustus 2010) dan Kamis (5 Agustus 2010) di sekolah kami diadakan Pesantren Jelang Ramadhan yang bekerjasama dengan ESQ training leadership. Training yang menurutku cukup bagus untuk anak-anak usia 11 - 12 tahun. Namun saat ini aku tidak sedang ingin membahas tentang ESQ-nya. Rasanya tak perlu dibahas, hampir sebagian besar kita tahu betapa bagus materi yang diberikan oleh mereka tak lagi meragukan.

Yang ingin aku tulis saat ini tentang lagu-lagu pengiring acara tersebut. Terutama lagu yang dipakai untuk Ice breaking. Saking terkesannya aku coba cari di internet dengan kata kunci dari syair lagu terebut, karena aku belum tau siapa penyanyi dan judul lagunya. Tapi nggak ketemu-ketemu yang pas. Akhirnya aku bertanya dengan trainernya dan meminta lagu-lagunya. Bersyukur mereka mau memberikannya.

Lagu yang mereka gunakan untuk Ice breaking adalah lagu dari Ebith Beat A. Hmmm... sudah pada tau ya? atau belum seperti aku? ^_^  Entah aku yang kurang gaul atau memang penyanyi tersebut yang kurang ngetop? Kayaknya aku yang kurang gaul kali ya. ^_^

Read More

Bantu atau tidak?

Monday, July 26, 2010

Bismillahirrahmanirrahiim...

"Bu, bisa bantu saya ngga?"
Malam itu, jam 18.30 WIB, tiba-tiba ada seorang anak kecil, kurang lebih usia 9 - 10 tahun, menyapaku.

"Bantu apa?" tanyaku.


"Ini, Bu... saya jual baju harganya mulai dari 5.000 rupiah."

"Baju apa?"

"Ini ada baju sweater" ujarnya sambil membuka tas yang dibawanya. Lalu anak kecil tersebut mengeluarkan sebuah baju berbahan planel.

"Ini baru?" tanyaku sambil melihat baju yang ditawarkan dan mengintip isi tas anak tersebut.

"Bukan, Bu ini bekas.. Bantu saya, Bu... Soalnya saya jual baju ini buat bayar kontrakan" ujarnya dengan tatapan wajah yang begitu polos dan iba.

"Kontrakan siapa?" tanyaku lagi, karena rasa ingin tahuku yang besar.

"Kontrakan ayah saya. Ayah saya tidak sanggup bayar kontrakan bulan ini. Saya bantu ayah mengumpulkan uang 300.000" jelasnya.

"Jadi kamu jual baju ini untuk bantu ayahmu bayar kontrakan?" anak itu menganggukkan kepalanya."Berapa kamu jual baju ini?" tanyaku lagi.

Seketika ada rasa iba dihatiku. Tak tega rasanya aku melihat wajah polosnya, yang malam-malam begitu masih berkeliling mengumpulkan uang, menjual baju bekas, hanya sekedar untuk membantu ayahnya membayar kontrakan. Apalagi ia menjelaskan bahwa ia tidak akan pulang sampai ia mengumpulkan uang sebanyak 100.000. Karena ayahnya yang sudah tidak bekerja lagi dan harus menghidupi seorang istri berikut 6 orang anak. Anak itu adalah anak kedua di keluarganya.

Menurut ceritanya ia belum berhasil menjual baju bekasnya itu. Baju yang ia tawarkan kepadaku harganya Rp. 20.000. Sedangkan isi yang aku lihat hanya ada baju planel yang ditawarkan kepadaku dan sebuah kaos singlet bekas. Terbayang olehku, akankah terkumpul uang sebesar itu?

Dan yang sangat memprihatinkan lagi saat Ikhsan, anak kecil itu menyebutkan jarak rumahnya. Saat bertemu dengannya aku sedang berada di rumah orangtuaku dan jarak rumahnya jika ditempuh dengan mobil kurang lebih 1 jam perjalanan.

Tapi di sisi lain terdengar bisikan,"Bagaimana kalau anak itu berbohong dengan memasang cerita yang mengharukan dan modal wajahnya yang lugu?"

Seketika aku jadi teringat saat aku masih duduk di bangku SMA. Waktu itu aku sedang asyik bermain dengan Anggia, anak tetangga yang berusia 3 tahun, di halaman rumah Anggia. Tiba-tiba datang seorang ibu tua yang datang memohon bantuanku dengan cerita yang membuatku jadi iba. Ibu itu meminta sedekahku, seikhlas yang aku berikan. Dan saat itu aku kebetulan memegang uang jajan sebesar Rp.4.000. Aku berikan semua uangku itu kepada ibu tua tadi, karena kupikir ibu itu lebih memerlukan dibanding aku. Lagipula nanti aku bisa minta lagi ke mama. ^_^

Namun seperginya ibu tua tadi, taklama kemudian mama Anggia datang menghampiri kami. Ia langsung berkata,"Kamu kasih berapa, Shan?"

"Empat ribu, Tante" jawabku.

"Kamu tau nggak, ibu-ibu itu kan penipu.. Dia minta-minta kesana kemari dengan cerita bohong" ujar mama Anggia dengan wajah ketidaksukaannya terhadap ibu-ibu tadi.

"Iihh.. kok Tante baru bilang??" tanyaku kesal. Aku kecewa sekali, merasa dibohongi. Sampai dirumah kesal itu masih terbawa dihati dan pikiranku, hingga terlihat diwajahku oleh almarhumah mamaku.

"Kamu kenapa?" tanya beliau. Dengan bibir manyun aku ceritakan kejadian sore itu. "Kalau tau gitu, Ma.. Ade ga akan kasih tu duit... Sebel.. Nyesel deh Ade" ujarku diakhir ceritaku kepada beliau.

Sambil terus mengerjakan pekerjaannya, mamaku berujar,"Eh... kalau niat kamu sedekah.. ya sedekah aja.. jangan dengerin omongan orang tetang orang yang udah kamu kasih sedekah. Dan juga jangan berpikir itu uang mau digunakan buat hal yang haram atau yang halal. Itu sudah urusan dia sama Allah. Yang penting adalah niat keikhlasan kita untuk bersedekah. Kalau kamu ngedumel dibelakang atau bersu'udzon duluan, sedekahmu jadi ga dapet pahalanya, karena nggak ikhlas"

Peristiwa dan nasehat itulah yang menggerakkan aku untuk membantu Ikhsan. Betul yang diucapkan oleh almarhumah, bahwa jika kita niat bersedekah buang semua "andai-andai" yang berada di otak kita. Allah maha tahu dan tidak tidur.

Aku bersyukur Allah masih memberikanku ilmu melalui nasehat almarhumah mamaku. Tak terasa, mata ini menjadi panas dan airmata mengalir membasahi pipiku... Aku jadi rindu dengan nasehat beliau. Rinduuuu sekaliii....

Semoga Allah menjadikan nasehat tersebut sebagai amalan beliau yang tak pernah putus, yaitu ilmu yang bermanfaat. Dan semoga Allah memberatkan timbangan pahala kepada seluruh orang tua yang memberikan nasehat baik untuk anaknya.... aamiin ya robbal alamin.

ditulis pada hari Senin, 26 Juli 2010 pukul 00.08
Read More

Satu Permintaan

Wednesday, June 23, 2010

http://www.adeufi.com/2010/06/satu-permintaan.html


Syaiful turun dari mobilnya dan memandang sebuah rumah dihadapannya. Rumah sederhana berhunikan anak-anak yang menunggu uluran tangan para dermawan. Ia memandang tulisan besar di tembok rumah tersebut "PANTI ASUHAN NURUL JANNAH"

Syaiful bukan satu-satunya orang yang hadir di rumah itu. Banyak mobil-mobil mewah terparkir disana dengan membawa berbagai bingkisan untuk anak-anak panti tersebut. Mungkin sudah menjadi tradisi bagi penghuni panti mendapatkan berbagai santunan di bulan Ramadhan. Orang berlomba-lomba untuk membagikan rejeki dan kebahagian kepada mereka. Ada yang bawa beras, susu, sepatu, baju lebaran bahkan sampai segala makanan untuk berbuka selalu ada setiap hari.

"Hmm... apa yang harus aku berikan ke mereka ya? Rasanya semua sudah mereka dapatkan.. Tapi aku harus memberikan sesuatu..." sambil bergumam Syaiful memperhatikan satu persatu bentuk bantuan yang diberikan oleh orang-orang dermawan tersebut. Seketika terlintas di otaknya untuk memberikan peralatan sekolah bagi mereka,"Pastinya barang tersebut akan bermanfaat untuk mereka".

Syaiful pun meminta daftar anak yang berada di panti asuhan tersebut. Ia pun mendata kebutuhan peralatan sekolah bagi mereka. Tanpa mengulur waktu ia segera membelanjakan uangnya membeli kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Keesokkan harinya, dengan hati penuh keikhlasan ia membagikan satu persatu peralatan sekolah yang sudah ia beli. Tampak binar mata bahagia diwajah anak-anak yatim itu saat menerima pemberian dari Syaiful. Senyum di wajah Syaiful pun mengembang lebar, ia merasakan kebahagiaan tersebut. Rasanya tidak ada hal terindah dalam hidupnya selain melihat kebahagian terpancar di wajah-wajah lugu anak-anak penghuni panti.

Namun tiba-tiba senyum Syaiful terhenti mengembang. Keningnya sedikit berkerut saat melihat tatapan mata yang berbeda dari seorang gadis mungil dan cantik. Gadis kecil itu berdiri disampingnya. Matanya menatap Syaiful seolah hendak mengatakan sesuatu. Awalnya Syaiful tak berani menegurnya, "Mungkin hanya tatapan biasa", pikir Syaiful. Namun ada sesuatu yang mengetuk pintu hatinya untuk membelai rambutnya.

Read More

Maafkan aku, Ibu

Monday, May 24, 2010



Ibu, Setiap malam aku duduk dihadapan komputerku hendak menuliskan kata-kata indah untukmu agar bibirmu merentang senyum membacanya. Tapi.... Aku tak sanggup memulai menuliskan kata indah itu. Tak satupun kata indah hadir di benakku untukmu.. Bukan.. Bukan karena kau tak indah... hanya karena kata indah itu tak sebanding dengan segala keindahan yang kau berikan padaku...
Read More

Menengahi teori psikologi yang terkadang membuat kita panik.

Monday, February 8, 2010



Bismillahirrahmanirrahiim...

Assalamu'alaikum wr. wb.

Membaca judul tulisanku, aku bak seorang pakar psikologi yang hendak menuliskan suatu penelitian… hehehe… tidak kok, aku hanya berusaha sharing dari apa yang aku alami selama ini, sama halnya dengan tulisan-tulisanku sebelumnya.

Aku mecoba mengangkat judul tersebut, karena aku seringkali melihat kepanikan orang-orang, termasuk juga aku, saat salah seorang pakar psikologi memaparkan ilmu mereka. Aku mencoba mengambil 3 contoh dari beberapa teori psikologi yang pernah aku dengar dan membuat panik orang yang mendengarnya.

Read More